sajak saat kita
Saat kita mati, maka jemari kita yang selama ini bisa menggenggam apapun akan layu.
Kaki kita yang selama ini bisa berlari gagah menjadi kaku.
Detak jantung berhenti, pun mata yang menatap indah, kehilangan ronanya.
Telinga tidak bisa lagi mendengar, hidung, berhenti bernafas dan mencium.
Saat kita mati, seluruh sel di tubuh kita ikut mati.
Darah berhenti mengalir, semua sirkulasi dan sistem metabolisme terhenti.
Persis seperti daun hijau yang layu menguning.
Atau kelopak bunga yang jatuh ke tanah. Teronggok bisu.
Saat kita mati, maka secara fisik tamat sudah semuanya.
Kecantikan, ketampanan, telah digantikan tubuh pucat.
Tapi tidak hanya itu, Kawan.
Saat kita mati, semua keinginan juga ikut mati.
Keinginan harta benda, keinginan lezatnya dunia, berguguran.
Ambisi yang dulu membara turut padam.
Ambisi berkuasa, terkenal, ingin terlihat hebat, musnah sudah.
Tidak ada lagi nafsu pamer, show.
Tidak ada lagi pertengkaran, perdebatan.
Tidak ada lagi sakit hati, benci, dan amarah.
Tidak ada juga cinta, keinginan memiliki dan sebagainya.
Saat kita mati, terputus sudah semua hal hebat dunia.
Ditinggalkan jauh sekali.
Ke tempat yang tidak ada kata pulang.
Ke tempat yang tidak bisa dikunjungi oleh siapapun--kecuali ikut mati.
Ke tempat yang tidak pernah ada yang tahu apa persisnya.
Saat kita mati,
Tidakkah kita memikirkannya?
Minimal agar kita tidak sombong.
Untuk kemudian menjadi orang yang lebih baik dan bermanfaat.
*Tere Liye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar