ada beberapa hal yang patut disampaikan.pertama, Ibn Rusyd benar-benar seorang Aristotelian yang taaa. Namun, hal itu bukan berarti Ibn Rusyd tidak mempunyai identitas pemikiran sendiri. Sistem utama yang dipakai tetap Aristetolian, tetapi kemudian ia memberi bentuk baru pada sistem tersebut berdasarkan sumber-sumber lain yang diterimanya. Ini antara lain tampak jelas pada konsep nya tentang substansi. Berbeda dengan aristoteles, substansi bukanlah yang pertama dari 10 kategori, tetapi keseluruhan esensi dan ekistensi, yang oleh Ibn Rusyd disebut sebagai "substansi utama".
kedua, gagasan tentang substansi merupakan pijakan utama dari seluruh pemikiran Ibn Rusyd, baik dalam kaitannya dengan teori pengetahuan maupun konepnya tentang kosmologi. dalam kaitannya dengan pengetahuan, pengetahuan yang sejati dan valid bukan gagasan yang ada dalam ide, juga bukan realitas yang tampak oleh indera, melainkan kesesuaian anatara konsep yang ada dalam ide dengan apa yang ada pada realita empiris. dalam soal kosmologis, semesta ini bukan hanya yang aktual, melainkan juga yang meliputi potensial. Realitas semesta adalah keseluruhan yang potensial dan aktual.
ketiga, bagi Ibn Rusyd semesta bukan lahir secara emanasi (faidh), melainkan oleh sebab-sebab penggerak yang semuanya bermuara pada penggerak pertama,. dari penggerak pertama menyebabka gerak berikutnya, begitu seterusnya, dan setiap gerak melahirkan wujud-wujud yang lain, sampai akhirnya memunculkan wujud bumi. Gerak-gerak tersebut tidak didahului oleh waktu karena waktu itu sendiri tunduk pada adanya gerak. dengan demikian, semesta yang muncul dari gerak bisa dianggap sebagai qadim, dalam arti bahwa dia tidak didahului oleh sang waktu. akan tetapi, keqadiman semesta ini berbeda dengan keqadiman Tuhan, karena keqadiman semesta hanya dari segi historis sedangkan keqadiman tuhan dari segi esensi atau zat-Nya.
Empat, bersamaan dengan konsepnya tentang gerak yang melahirkan semesta, ada satu hal yang menjadi persoalan, yaitu konsepnya bahwa kebaikan adalah karya Tuhan sedangkan kejahatan akibat Materi. bagaiman persoalan ini bisa dijelaskan secara rasional dan diterima nalar, padahal menurut Ibn Rusyd sendiri, semua wujud semesta, baik yang potensial maupun aktual, potensi maupun tindakan, materi dan bentuk, semuanya lahir dari sebab penggerak yang semuanya bermuara pada gerak hasrat-Nya
Sumber
Soleh Khudari, 2013, Filsafat Islam
dari Klasik Hingga Kontemporer, Jogjakarta, AR-RUZZ MEDIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar