Selasa, 12 Januari 2016

Korea selatan yang mungil

Korea Selatan yang Mungil
Seberapa banyak sih kebutuhan orang dunia atas minyak goreng, margarin, sabun?

Pertanyaan ini penting, karena bahan dasar membuat tiga produk ini adalah kelapa sawit (palm oil). Apakah kita menghabiskan 1 liter minyak goreng setiap hari? 1 kilo margarin? dan 1 sabun? Jawabannya, tidak. Produksi kelapa sawit untuk memenuhi minyak goreng sudah lebih dari cukup. Lantas kenapa, setiap menit, lahan kelapa sawit di dunia terus bertambah mencengangkan?

Jawabannya, karena kelapa sawit juga digunakan untuk biodiesel, bahan bakar. Mulai dari mesin, mobil, bahkan esok lusa, dengan kemajuan teknologi, bisa digunakan untuk pesawat terbang. Nah, jika ini situasinya, dengan label: sumber daya yang bisa diperbarui, ekspansi perkebunan kelapa sawit tidak akan pernah berhenti setidaknya 10-20 tahun ke depan. Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Environmental Science and Policy menyebutkan, biodiesel akan meningkatkan kebutuhan atas kelapa sawit di masa mendatang.

Kelapa sawit ini hanya tumbuh di negara tropis, dia butuh curah hujan yang memadai. Maka, Indonesia, Malaysia, Nigeria, Thailand, Kolombia, segera menjadi lokasi favorit. Tahun 2006, Indonesia melampaui Malaysia, menjadi negara produsen terbesar kelapa sawit, setiap tahun, diproduksi 20 juta ton minyak kelapa sawit, dan menurut perkiraan, akan dobel di tahun 2030 (belum 2030 saja angkanya sekarang sudah 1,5x). Ini angka raksasa, melibatkan uang ratusan hingga ribuan trilyun rupiah. Tapi apa harga yang harus dibayar? Hutan dihabisi. Tahun 2004, menurut data pemerintah, luas kelapa sawit itu hanya 5,2 juta hektare, 10 tahun kemudian, 2014, angkanya loncat dua kali menjadi 10,9 juta hektare. Bayangkanlah negara2 ini: Honduras, Korea Selatan, Portugal, Austria, Uni Emirates, bayangkanlah negara2 ini, karena luas mereka hanya negara di bawah 10 juta hektare, maka lahan kelapa sawit Indonesia, bahkan lebih besar dibanding negara2 ini. Bawa itu Korea Selatan semuanya, muat ditaruh di lahan kelapa sawit kita. Mungil sekali Korea Selatan ini.

Tahun 2030? Angkanya akan semakin mengerikan. Dengan pertumbuhan lahan kelapa sawit yang mencapai 7,67% per tahun (crazy, ini bukan angka inflasi loh), maka tahun 2030, akan ada 30 juta hektare lebih lahan kelapa sawit di Indonesia, itu 15% dari luas Indonesia. Hampir setara luas Jepang, Jerman, dan tetangga kita, Malaysia. Ambil semua Malaysia, lagi2, masukkan ke dalam lahan kelapa sawit kita, bisa muat semua.

Industri kelapa sawit rakus sekali dengan lahan. Mau itu hutan jenis apapun, mereka hajar saja. Mau itu lahan gambut, hutan hujan yang lebat, yang penting bisa ditanami kelapa sawit, go to hell!! Kalian percaya dengan website perusahaan mereka yang begitu indah bicara tentang sustainability? Saya sih tidak. Saya dua tahun belajar soal pertambangan (yg sama crazynya dengan kelapa sawit). Kalian percaya dengan pemerintah yang bilang pengawasan, pengawasan dan pengawasan? Saya sih tidak. Pengawasan diri sendiri saja mereka tumpul.

Negeri ini murahan sekali elitnya, seorang anggota DPR misalnya, bahkan disumpal 1 milyar saja sudah seperti kerbau dicucuk hidungnya, mau saja disuap. Crazy sekali, 1 milyar rupiah cukup untuk membeli integritasnya. Bayangkan Ronaldo, pemain top ini, setiap pekan dapat gaji dari Real Madird 19 milyar rupiah. Anggota DPR, cuma seharga hitungan hari saja bagi Ronaldo. Bayangkan level lebih rendah seperti Bupati, lebih murahan lagi. Disumpal uang ratusan juta, maka mereka sudah tutup mata dengan kehancuran hutan di sekitarnya. Konsesi hutan diberikan sambil cengengesan. Partai politik? Level pemerintahan pusat? Well, kita tidak pernah tahu secara transparan dan benar2 akuntabel uang mereka. Berapa banyak uang yang digelontorkan perusahaan kelapa sawit ke rekening kampanye mereka.

Inilah peta besar yang harus kalian pahami. Agar paham kenapa kebakaran hutan terus terjadi.

Apakah masalah kebakaran hutan akan selesai di Indonesia?

Jawabannya: tidak. Tidak dengan elit pemerintah yang lembek dan ganjen dengan uang. Pertumbuhan lahan kelapa sawit terus bertambah mencengangkan 10 tahun terakhir, dan tetap akan sama. Di Riau, ada 2,2 juta hektare lahannya (provinsi yang gubernurnya tersangka korupsi), menyusul Sumut 1,3 juta hektar (lagi2 sama, gubernurnya dicokok KPK), kemudian Kalteng dan Sumsel (di atas 1 juta hektare), hanya soal waktu, saat Sumatera dan Kalimantan habis, mereka akan lompat ke Sulawesi, Papua. Aduh, sungguh menyakitkan, jika hutan lebat Papua akhirnya juga hancur lebur diberikan pemerintah kepada perusahaan--yang sekarang pun sudah, tinggal kapan massifnya saja terjadi.

Apa korelasi kebakaran hutan dengan lahan kelapa sawit? Jawabannya mudah, karena saya ini dibesarkan di pedalaman Palembang sana, saya menyaksikan sendiri cara primitif ini. Membakar hutan adalah cara paling gampang untuk menyiapkan lahan perkebunan. Capek dek kalau harus dibersihkan manual hutannya, bisa berbulan2, tapi dengan di bakar, sehari bersih! Beres. Tiga hari kemudian saat tanahnya sudah dingin, mari kita tanami. Dan bukan hanya kelapa sawit saja yang butuh lahan, industri lain juga butuh tanah. Kemarau panjang bukan penyebab semua kekacauan ini, sejak jaman bahuela juga sudah sering kemarau panjang, baik-baik saja toh, hutan malah lebat. Naif sekali jika ada yang santai bilang ini karena Nano-Nano terlalu ekstrem tahun ini. Melainkan keserakahan manusialah yang menyebabkannya. Ketidak pedulian.

Bagaimana menghentikan semua kengerian ini?

Kita tahu sekali jawabannya. Masalahnya, apakah kita mau memulainya atau tidak. Jika tidak mau, baiklah, toh 30 tahun lagi, hutan2 itu akan habis semua. Selesai sudah dengan sendirinya. Mau?

Terakhir, saya adalah penulis, saya akan fokus menggunakan amunisi saya: tulisan. Silahkan kalian yang mau benci dengan tulisan2 saya. Sejak dulu, penulis itu tidak pernah disukai semua kelompok, terlebih penguasa. Maka, adik2 sekalian, jika kalian memahami tulisan2 di page ini, besok lusa, kalian akan masuk ke elit negeri ini, ingatlah tulisan2 saya, yang saat kalian masih remaja, anak muda yang masih idealis. 20 juta penduduk negeri ini tersedak oleh asap--yang boleh jadi itu adalah kalian juga-- ubahlah nasib negeri ini dengan pemahaman terbaik yang kalian punya. Kita butuh generasi baru yang benar2 steril dari kebiasaan korup, kalianlah generasi tersebut.

Saya percaya itu.

*Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar