Selasa, 12 Januari 2016

Keutamaan Ibadah ditengah malam



Menjalankan ibadah ditengah malam 


 
 
Menurut Imam Al-Ghazali, menjalankan ibadah ditengah malam termasuk upaya menggapai cinta Allah Swt. Yang paling sempurna, karena bukti yang paling benar tentang adab dalam beribadah. Allah Swt. Memuji orang yang memuji pada malam hari dengan firman-Nya, lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa pada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kemi berikan kepada mereka (QS Al-Sajdah [32]: 16).
 Rabia’ah Al-Adawiyah, seoreng sufi wanita yang mengembangkan konsep al-hub (kecintaan) dalam tasawuf islam, begitu gemar menjalankan ibadah ditengah malam. Ia sering berkata, “Tuhanku, bintang-bintang dilangit telah gemerlapan, orang-orang telah tidur, pintu-pintu istana telah ditutup, dan pada saat itulah para pecinta telah menyendiri dengan yang dicintainya. Inilah aku berada di hadirat-Mu.”
 Sewaktu fajar menyingsing, ia berkata, “Tuhanku, malam telah berlalu dan siang akan menampakkan diri. Aku gelisah, apakah amalanku akan engkau terima sehingga aku merasa bahagia, ataukah engkau tolak sehingga aku merasa sedih. Demi KemahaKuasaan-Mu, inilah yang akan aku lakukan selama engkau memberi kehidupan. Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi, karena cintaku kepada-Mu telah memenuhi seluruh ruang hatiku.”
 Tidak diragukan bahwa orang yang beribadah pada malam hari adalah orang yang mencintai Tuhan. Bahkan, mereka merupakan para pecinta yang paling mulia. Sebab, ibadah tengah malam yang  mereka lakuakan merangkum sebagian besar faktor penyebab cinta. Jika membaca Al-Qur’an, mereka tidak hanya membacanya, tetapi juga merenungkan maknanya dengan khusyuk.
 Dengan bangun malam, mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunah. Dengan jauhnya lambung dari tempat tidur untuk zikir kepada Allah, mereka lebih utama dari orang-orang yang megingat Allah pada siang hari. Jauhnya lambung dari tempat tidur menunjukan bahwa mereka lebih mengutamakan cinta Allah daripada hasrat mereka sendiri. Dengan bangun malam, mereka telah menelaah nama dan sifat-Nya dengan hati, serta berjalan ditaman-taman nama dan sifat-sifat-Nya.
Orang yang gemar beribadah pada malam hari sejatinya telah merengguk tiga perempat faktor yang mendatangkan cinta. Karena itu, tidak heran apabila malaikat jibril yang dipercaya penduduk langit berkata kepada Nabi Muhammad Saw. Yang sangat dipercaya penduduk bumi, “ketahuilah bahwa seorang mukmin itu mulia karena ia bangun malam, dan terhoramat tidak butuh kepada manusia”.
 Bangun malam membuat sesorang menjadi mulia karena mereka lebih mengutamakan ridha Allah pada waktu yang paling sulit. Karena itulah, mereka disemati tanda-tanda kemulian ilahi dalam bentuk cahaya dihati, di wajah, ketika masih hidup dan setelah mati. Ini merupakan balasan atas ibadah pada malam hari nan gelap gulita untuk beribadah kepada-Nya.
Hasan Al-Bashri berkata, “menurutku, tidak ada ibadah yang lebih berat daripada ibadah ditengah malam.”  Orang-orang bertanya, “ mengapa orang-orang yang menjalankan shalat Tahjud itu adalah orang-orang yang wajahnya paling tampan?”, “karena mereka bermesraan dengan Al-Rahman sehingga Allah memberikan sebagian cahaya-Nya kepada mereka”, jawabnya.
Abu Sulaiman Al-Darani berkata, “orang yang gemar beribadah ditengah malam, merasakan kenikmatan luar biasa yang melebihi nikmat karena bermain-main. Seandainya bukan karena ibadah ditengah malam, aku tidak suka tetap hidup didunia.”
Al-Dhahhak menambahkan, “ Aku menemkan suatu kaum yang merasa malu kepada Allah digelapnya malam seperti ini karena tidurnya lama.”
Tentu, yang dimaksud dengan ibadah adalah mencakup segala amalan, seperti shalat tahajud, witir, membaca Al-Qur’an sampai zikir kepada Allah SWT. Semua itu bisa dilakukan pada malam hari ketika orang-orang sedang terlelap tidur. Dan, pahala semua itu lebih besar dilakukan pada malam hari daripada siang hari. Seorang wanita yang sedang haid juga dapat pula menjalankan ibadah pada malam hari dengan cara berdzikir, istigfar. Pintu surga begitu luas sehingga dapat menampung semua pejalan.
Daftar Pustaka
Rachman Fauzi, M. 2011. Wanita yang Dirindukan Surga. Bandung: Mizania.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar