Menjalankan
ibadah ditengah malam
Menurut Imam Al-Ghazali, menjalankan ibadah ditengah
malam termasuk upaya menggapai cinta Allah Swt. Yang paling sempurna, karena
bukti yang paling benar tentang adab dalam beribadah. Allah Swt. Memuji orang
yang memuji pada malam hari dengan
firman-Nya, lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedangkan mereka berdoa
pada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menafkahkan
sebagian dari rezeki yang kemi berikan kepada mereka (QS Al-Sajdah [32]: 16).
Rabia’ah
Al-Adawiyah, seoreng sufi wanita yang mengembangkan konsep al-hub
(kecintaan) dalam tasawuf islam, begitu gemar menjalankan ibadah ditengah
malam. Ia sering berkata, “Tuhanku, bintang-bintang dilangit telah gemerlapan,
orang-orang telah tidur, pintu-pintu istana telah ditutup, dan pada saat itulah
para pecinta telah menyendiri dengan yang dicintainya. Inilah aku berada di
hadirat-Mu.”
Sewaktu fajar
menyingsing, ia berkata, “Tuhanku, malam telah berlalu dan siang akan
menampakkan diri. Aku gelisah, apakah amalanku akan engkau terima sehingga aku
merasa bahagia, ataukah engkau tolak sehingga aku merasa sedih. Demi
KemahaKuasaan-Mu, inilah yang akan aku lakukan selama engkau memberi kehidupan.
Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintu-Mu, aku tidak akan pergi, karena
cintaku kepada-Mu telah memenuhi seluruh ruang hatiku.”
Tidak
diragukan bahwa orang yang beribadah pada malam hari adalah orang yang
mencintai Tuhan. Bahkan, mereka merupakan para pecinta yang paling mulia.
Sebab, ibadah tengah malam yang mereka
lakuakan merangkum sebagian besar faktor penyebab cinta. Jika membaca Al-Qur’an,
mereka tidak hanya membacanya, tetapi juga merenungkan maknanya dengan khusyuk.
Dengan bangun
malam, mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah sunah. Dengan jauhnya
lambung dari tempat tidur untuk zikir kepada Allah, mereka lebih utama dari
orang-orang yang megingat Allah pada siang hari. Jauhnya lambung dari tempat
tidur menunjukan bahwa mereka lebih mengutamakan cinta Allah daripada hasrat
mereka sendiri. Dengan bangun malam, mereka telah menelaah nama dan sifat-Nya
dengan hati, serta berjalan ditaman-taman nama dan sifat-sifat-Nya.
Orang yang gemar beribadah pada malam hari sejatinya
telah merengguk tiga perempat faktor yang mendatangkan cinta. Karena itu, tidak
heran apabila malaikat jibril yang dipercaya penduduk langit berkata kepada
Nabi Muhammad Saw. Yang sangat dipercaya penduduk bumi, “ketahuilah bahwa
seorang mukmin itu mulia karena ia bangun malam, dan terhoramat tidak butuh
kepada manusia”.
Bangun malam
membuat sesorang menjadi mulia karena mereka lebih mengutamakan ridha Allah
pada waktu yang paling sulit. Karena itulah, mereka disemati tanda-tanda
kemulian ilahi dalam bentuk cahaya dihati, di wajah, ketika masih hidup dan
setelah mati. Ini merupakan balasan atas ibadah pada malam hari nan gelap
gulita untuk beribadah kepada-Nya.
Hasan Al-Bashri berkata, “menurutku, tidak ada
ibadah yang lebih berat daripada ibadah ditengah malam.” Orang-orang bertanya, “ mengapa orang-orang
yang menjalankan shalat Tahjud itu adalah orang-orang yang wajahnya paling
tampan?”, “karena mereka bermesraan dengan Al-Rahman sehingga Allah memberikan
sebagian cahaya-Nya kepada mereka”, jawabnya.
Abu Sulaiman Al-Darani berkata, “orang yang gemar
beribadah ditengah malam, merasakan kenikmatan luar biasa yang melebihi nikmat
karena bermain-main. Seandainya bukan karena ibadah ditengah malam, aku tidak
suka tetap hidup didunia.”
Al-Dhahhak menambahkan, “ Aku menemkan suatu kaum
yang merasa malu kepada Allah digelapnya malam seperti ini karena tidurnya
lama.”
Tentu, yang dimaksud dengan ibadah adalah mencakup
segala amalan, seperti shalat tahajud, witir, membaca Al-Qur’an sampai zikir
kepada Allah SWT. Semua itu bisa dilakukan pada malam hari ketika orang-orang
sedang terlelap tidur. Dan, pahala semua itu lebih besar dilakukan pada malam
hari daripada siang hari. Seorang wanita yang sedang haid juga dapat pula
menjalankan ibadah pada malam hari dengan cara berdzikir, istigfar. Pintu surga
begitu luas sehingga dapat menampung semua pejalan.
Daftar Pustaka
Rachman Fauzi, M. 2011. Wanita yang Dirindukan
Surga. Bandung: Mizania.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar