Katanya sih rindu dan cinta
Nabi
itu amat sederhana hidupnya. Pakaian yang beliau kenakan, isi lemari
yang beliau miliki. Sandal yang beliau pakai, rumah yang beliau miliki,
dan jangan tanya apa yang beliau makan. Nabi lebih sering berpuasa
karena tidak ada makanan. Bahkan pernah, beliau melilit perutnya dengan
buntalan kain berisi kerikil, demi menahan rasa lapar. Sungguh kalian
akan menangis, utusan Allah, yang memiliki segenap semesta, justeru
hidupnya amat bersahaja. Padahal, apa susahnya Nabi memiliki emas
sebesar gunung Everest (dalam artian sebenar-benarnya), tapi tidak,
beliau tidak pernah tertarik dengan harta dunia.
Nabi
itu amat jujur hidupnya. Dari kecil, sebelum firman Allah datang,
beliau sudah dikenal sangat jujur. Beliau tidak pernah berbohong,
mencuri, khianat, dusta, dsbgnya. Berdagang beliau jujur. Menjadi
pemimpin beliau jujur. Hidupnya seperti selembar kertas yang putih, dan
akan selalu putih tanpa noda. Nabi mejadi contoh bahwa ada manusia di
atas muka bumi ini yang jujur 100%. Bukan hanya itu, beliau juga tegas
sekali atas ketidakjujuran di sekitarnya, bahkan jika itu menyangkut
urusan keluarga, sahabat2nya, beliau tetap berdiri tegak. Tidak pernah
ada tawar-menawar soal kejujuran ini.
Nabi
itu amat peduli hidupnya. Beliau menyayangi anak-anak, yatim-piatu,
tua-muda, tetangga, orang-orang di sekitarnya. Beliau menyayangi alam
sekitar, hewan, tumbuh-tumbuhan. Beliau peduli atas banyak hal. Sungguh
besar kepeduliaannya, bahkan di akhir waktunya pun, beliau terus peduli
dengan orang lain, terlepas dari apakah orang lain itu akan balas peduli
atau balas menyakitkan.
Wahai, kaum yang
mengaku rindu Nabi. Wahai, kaum yang mengaku cinta Nabi, maka tidakkah
kita tergerak mencontoh semua hal ini? Jika kita tidak mampu meniru
ahklak Nabi yang bagai kristal bening (karena ini susah sekali),
tidakkah kita mau mulai dengan meniru yang lebih mudah? Hidup sederhana,
selalu jujur dan mulai peduli pada sekitar.
Wahai,
kaum yang mengaku rindu dan cinta pada Nabi. Tidakkah kita tergerak
untuk sungguh mulai meneladani beliau. Tidak hanya di bibir saja, tapi
juga dalam sikap dan perbuatan.
*Tere Liye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar