Senin, 11 Januari 2016

Nyanyian Nyinyir

Nyinyir

KPK tentu saja membutuhkan gedung baru, membutuhkan infrastruktur, membutuhkan semua amunisi untuk menghabisi para koruptor. Tapi di atas semua itu, KPK membutuhkan dukungan nyata dari semua pihak. Yang tidak hanya sekadar dukung-mendukung, menyemangati, menjadi teman, tapi juga mengingatkan mereka, menjadi kontrol atas amanah yang diberikan kepada mereka. KPK membutuhkan dukungan 250 juta rakyat Indonesia, membutuhkan dukungan Presiden (yang adalah representasi demokrasi), tokoh-tokoh, pun termasuk petinggi2 partai politik.
Maka, saat peresmian gedung baru KPK, kehadiran Presiden, mantan Presiden, mantan Wapres, adalah cerminan, seberapa nyata dukungan kepada KPK. Simbol. Apalagi jika sampeyan adalah generasi lama dan dari lingkungan tertentu yang penuh dengan simbol, kehadiran dalam sebuah acara adalah simbol penting. Presiden memutuskan kembali sejenak dari Papua, Pak Habibie, dengan tongkat juga hadir, menebar senyum ramah optimisme. Pun Pak SBY, terlihat sehat dan semangat.
Well, sayangnya, kita juga tahu sekali, siapa yang tidak datang saat peresmian gedung baru KPK kemarin. Tanpa berita, tanpa kabar. Entahlah. Senyap begitu saja.
Sstt... saya sedang tidak nyinyir ini, kalian jangan kemana-mana mikirnya, ini bukan soal kasus mega raksasa bail out ratusan trilyunan, yang saya maksud tidak datang itu adalah: Tere Liye, dia tidak datang saat peresmian gedung baru KPK. Ah, si Tere Liye ini, katanya mendukung KPK, mosok diundang datang peresmian gedung baru saja nggak bisa, padahal bisa selfie di sana. Dasar si Tere Liye tukang nyinyir, bahkan sudah tidak hadir, masih saja membuat tulisan nyinyir ke dirinya sendiri.
*Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar