Nyinyir
KPK
tentu saja membutuhkan gedung baru, membutuhkan infrastruktur,
membutuhkan semua amunisi untuk menghabisi para koruptor. Tapi di atas
semua itu, KPK membutuhkan dukungan nyata dari semua pihak. Yang tidak
hanya sekadar dukung-mendukung, menyemangati, menjadi teman, tapi juga
mengingatkan mereka, menjadi kontrol atas amanah yang diberikan kepada
mereka. KPK membutuhkan dukungan 250 juta rakyat Indonesia, membutuhkan
dukungan Presiden (yang adalah representasi demokrasi), tokoh-tokoh, pun
termasuk petinggi2 partai politik.
Maka,
saat peresmian gedung baru KPK, kehadiran Presiden, mantan Presiden,
mantan Wapres, adalah cerminan, seberapa nyata dukungan kepada KPK.
Simbol. Apalagi jika sampeyan adalah generasi lama dan dari lingkungan
tertentu yang penuh dengan simbol, kehadiran dalam sebuah acara adalah
simbol penting. Presiden memutuskan kembali sejenak dari Papua, Pak
Habibie, dengan tongkat juga hadir, menebar senyum ramah optimisme. Pun
Pak SBY, terlihat sehat dan semangat.
Well,
sayangnya, kita juga tahu sekali, siapa yang tidak datang saat peresmian
gedung baru KPK kemarin. Tanpa berita, tanpa kabar. Entahlah. Senyap
begitu saja.
Sstt... saya sedang tidak
nyinyir ini, kalian jangan kemana-mana mikirnya, ini bukan soal kasus
mega raksasa bail out ratusan trilyunan, yang saya maksud tidak datang
itu adalah: Tere Liye, dia tidak datang saat peresmian gedung baru KPK.
Ah, si Tere Liye ini, katanya mendukung KPK, mosok diundang datang
peresmian gedung baru saja nggak bisa, padahal bisa selfie di sana.
Dasar si Tere Liye tukang nyinyir, bahkan sudah tidak hadir, masih saja
membuat tulisan nyinyir ke dirinya sendiri.
*Tere Liye
Tidak ada komentar:
Posting Komentar