Implikasi Genetik dan Lingkungan
Terhadap Pendidikan
Mc Devit & Ormrod (2002) mereka merekomendasikan beberapa hal
penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dan
lingkungan bagi perkembagan peserta didik, yaitu :
a. Memahami
dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak. Guru yang menghargai
karakteristik fisik, tipe-tipe kepribadian dan bakat-bakat mereka dapat membuat
peserta didik senang.
b. Menyadari
bahwa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan.
Faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak melalui banyak
cara, seperti layanan pengajaran dan bimbingan.
c. Mendorong
siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan
contohnya untuk tumbuh menjadi dewasa, anak remaja harus aktif mencari
lingkungan dan pengalaman yang sesuai dengan kemampuan naturalnya dan guru
mengambil posisi kunci, untuk menolong mereka menemukan aktifitas dan
sumber-sumber yang memungkinkan mereka menggunakan dan mengembangkan
bakat-bakat mereka.
Perkembangan Otak
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia
yang diciptakan Allah SWT. Untuk mengindra dunia dan sekaligus memberikan
berbagai tanggapan terhadapnya. Otak bukan sekedar gumpalan keriput dalam
tengkorak manusia, tetapi juga sesungguhnya otak memanjang keseluruh tubuh.
Otak memanjang hingga keujung sum-sum tulang belakang, lalu dari sum-sum tulang
belakang ini keluarlah rangkain serabut sel darah biru, hingga berdirinya bulu
pada kulit hingga merasa takut, semuanya diatur oleh sistem saraf. Tak satupun
organ atau sel dalam tubuh kita yang lepas dari jangkauan otak (Mc Crane, 2003)
Karena otak merupakan sentral dari semua
aktifitas manusia, baik aktifitas organ yang ada di dalam tubuh maupun
aktifitas pancaindra yang ada diluar, maka perkembangan otak memiliki pengaruh
yang besar terhadap semua aspek perkembangan. Dalam hal ini Mc. Devin dan
Ormrod (2002) menulis “ The human brain is a compl that regulates basic physiological
functions e.g., respiration and heart rate, sensation of pleasure and pain,
motor skill and cordination, emotional, respons and intelectual pursuits’’.
Elizabeth B. Hurlock (1981) juga meyakini “growth and development of the brain
and nervous system affect all aspects of the child’s development”.
Meskipun otak beratnya hanya 1,2 kg atau
0,2% dari berat seluruh tubuh, tetapi ia memiliki peran yang sangat penting
dalam mengendalikan seluruh fungsi tubuh lainnya, seperti : mengingat,
konsentrasi, mengantuk, berfikir, emosi, tingkah laku, dan sebagainya. Otak
adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal dialam semesta. Otak
adalah satu-satunya bagian tubuh yang apling berkembang dan secara otomatis
dalam mempelajari dirinya sendiri. Otak adalah organ yang apabila dirawat dan
dipelihara secara baik dan teratur dapat bertahan hingga 100 tahun. Jika
anggota tubuh lain semakin tua akan semakin rusak tetapi otak justru semakin
tua semakin menunujukan fungsi yang kian luas dan lebar.
Sama seperti aspek-aspek perkembangan
lainnya, perkembangan otak juga dipengaruhi oleh interaksi hereditas dan
lingkungan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh johnson (1998), “ the
constructive process by which genes interact with their environment to yield
complect organic structures as the human brain and the cognitive process it supports”.
Perkembangan otak terjadi sejak mulai
masa prenatal, yakni kira-kira 25 hari setelah konsepsi. Pada awal masa ini
otak terlihat seperti tabung yang tidak rata dan sangat halus (Rayport 1992;
Johnson, 1998). Tabung-tabung halus ini berisi sel-sel dan membentuk
kantong-kantong dan ruang-ruang. Ruang tersebut terbagi menjadi tiga ruang
yaitu : forebrain (otak depan), mildbrain ( otak tengah), hindbrain (otak
belakang).
Dengan berkembangnya jani, otak depan
akan berkembang perlahan sehingga menjadi bagian atau ruang yang terbesar
dibanding dengan ruang yang lain. Semakin meningkatnya kemampuan janin
memproses informasi-informasi, otak depan semakin besar. Pada saat yang sama,
otak tengah mengurangi besarnya, dan otak belakang tetap sama seperti semula (Daviddoff,
1998).
Sekitar usia 5-20 minggu perkembnagan
janin dalam kandungan, bagian dalam ruang-ruang otak ini mulai memproduksi
sel-sel neuron. Sel-sel neuron ini bertanggung jawab menstransmisikan informasi
dan membuat manusia mampu berpikir secara cerdas. Karena dibawah oleh zat-zat
kimia., neuron-neuron ini di bawa keruang khusus kemudian diruang khusus ini
neuron-neuron ini di pertahankan dan disokong oleh sel gilal sehingga menjadi
kukuh dan kuat. Setelah ia sampai diruang khusus, neuron-neuro membentuk
serabut saraf yang dikenal dengan dendrit dan akson guna menjalin hubungan satu
sama lain (Diamond & Hopson, 1998; Taufik paksiak, 2003).
Jumlah sel-sel neuron ini akan bertambah
banyak seiring terbentuknya hubungan-hubungan baru akibat masuknya informasi
kedalam otak. Ketika informasi masuk, maka akan terjadi kontak dan hubungan
antar sel saraf. Jika jalna iti didukung (dalam bentuk selubung) oleh komponen
yang bernama myelin, maka jalina itu akan kuat. Myelin terhubung dengan daya
ingat seseorang.
Semakin sering orang megulang informasi
yang masuk, semakin tegas myelination. Menurut Santrock (1996), myelination in
a process in which nerve cells are insuled with a layer for fat cells,
increases the speed at which information travel faster.
Jadi yang dimaksud dengan myelination
adalah suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan dibungkus dengan
suatu lapisan sel-sel lemak. Pembungkusan sel-sel saraf ini berdampak pada
peningkatan kecepatan informasi yang bergerak melalui sistem urat saraf. Proses
myelination yang terjadi pada masa prenatal ini. Meskipun proses myelination
lebih terlihat pada masa prenatal tetapi perkembangannya terus berlanjut pada
masa anak-anak, remaja, dan dewasa awal (Bruer, 1999).
Perkembngan otak pada masa prenatal ini
menentukan perkembangan anak selanjutnya setelah ia lahir, karena pada masa
prenatal ini janin sudah dilengkapi dengan semua sel saraf (neuron) yang akan
dimilikinya selama ia hidup. Dengan kelengkapan sel-sel ini, maka bayi yang
baru lahir sudah siap menjalankan tuganya untuk kelangsungan hidupnya seperti :
bernapas, me4nyusu, menelan, menangis, dan membentuk hubungan-hubungan
sederhana. Walaupun demikian, saat lahir dan masa awal bayi, ketertarikan sel
saraf ini masih lemah (Mc Devit & Ormord, 2002; Santrock, 2006).
Menurut ahli saraf, sel otak tidak akan
di produksi lagi setelah anak tersebut lahir, tetapi perkembangan otak setelah
lahir lebih terarah pada penambahan jumlah jaringan antar neuron. Jika jumlah
jaringan antara neuron mningkat, maka anak akan mampu berpikir tentang hal-hal
yang lebih kompleks (Treays, 2004).
Saat dilahirkan, otak bayi memiliki 10
miliar neuron. Neuron-neuron ini kemudian membentuk ribuan sambungan
antarneuron yang disebut dendrit, dan akson yang berbentuk memanjang. Saat bayi
berusia 2 tahun dendritnya sudah mencapai 50 – 1000 triliun. Selanjutnya
sel-sel gilal yang tumbuh disekitar akson membentuk myelin yang memungkinkan
neuron menstransmisikan pesan-pesan lebih cepat (Mc Devit & Ormrod 2002).
Beberapa penganut developmentalisme
percaya bahwa myelination mempunyai arti penting bagi pematangan kemampuan
anak-anak. Misalnya myelination di daerah otak yang berkaitan dengan koodinasi
tangan-mata belum lengkap hingga usia 4 tahun. Meskipun otak terus berkembang
saat anak-anak, perkembangannya tidak sepesat saat bayi. Hingga usia 3 tahun
ukuran otaknya tiga perempat dari orang dewasa. Saat usia 5 atau 6 - 7 tahun
otak anak mencapai dua pertiga otak dewasa, tetapi memiliki 5 -7 kali lebih
banyak sambungan antar neuron daripada otak anak usia saat 18 bulan atau orang
dewasa. Sampai usia 8 tahun, otak anak bisa dikatakan sempurna tetapi cara
kerjanya masih terperinci dan masih membutuhkan waktu untuk berkembang penuh.
Myelination dalam ruang frontal dari
korteks terus mengalami penyempurnaan hingga remaja (Kolb & Fantein, 1998).
Saat masa remaja juga dapat terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe
(belahan otak bagian depan sampai belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini
berfungsi dalam waktu aktifitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan
merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil kesimpulan (Carol
& David R., 1995).
Perkembangan prontal lobe sangat
berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, hingga mereka mengembangkan
kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan
kesadaran sosial yang baru. Saat kemampuan kognitif mencapai kematangan, remaja
mulai memikirkan apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap orang tua,
orang lain bahkan terhadap kekurangan diri sendiri (Myers, 1996)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar