Minggu, 03 Januari 2016

implikasi genetik terhadap pendidikan



 Implikasi Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan
   Mc Devit & Ormrod (2002) mereka merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dan lingkungan bagi perkembagan peserta didik, yaitu :
a.       Memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak. Guru yang menghargai karakteristik fisik, tipe-tipe kepribadian dan bakat-bakat mereka dapat membuat peserta didik senang.
b.      Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan. Faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak melalui banyak cara, seperti layanan pengajaran dan bimbingan.
c.       Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan contohnya untuk tumbuh menjadi dewasa, anak remaja harus aktif mencari lingkungan dan pengalaman yang sesuai dengan kemampuan naturalnya dan guru mengambil posisi kunci, untuk menolong mereka menemukan aktifitas dan sumber-sumber yang memungkinkan mereka menggunakan dan mengembangkan bakat-bakat mereka.

Perkembangan Otak
   Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang diciptakan Allah SWT. Untuk mengindra dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak bukan sekedar gumpalan keriput dalam tengkorak manusia, tetapi juga sesungguhnya otak memanjang keseluruh tubuh. Otak memanjang hingga keujung sum-sum tulang belakang, lalu dari sum-sum tulang belakang ini keluarlah rangkain serabut sel darah biru, hingga berdirinya bulu pada kulit hingga merasa takut, semuanya diatur oleh sistem saraf. Tak satupun organ atau sel dalam tubuh kita yang lepas dari jangkauan otak (Mc Crane, 2003)
 Karena otak merupakan sentral dari semua aktifitas manusia, baik aktifitas organ yang ada di dalam tubuh maupun aktifitas pancaindra yang ada diluar, maka perkembangan otak memiliki pengaruh yang besar terhadap semua aspek perkembangan. Dalam hal ini Mc. Devin dan Ormrod (2002) menulis “ The human brain is a compl that regulates basic physiological functions e.g., respiration and heart rate, sensation of pleasure and pain, motor skill and cordination, emotional, respons and intelectual pursuits’’. Elizabeth B. Hurlock (1981) juga meyakini “growth and development of the brain and nervous system affect all aspects of the child’s development”.
Meskipun otak beratnya hanya 1,2 kg atau 0,2% dari berat seluruh tubuh, tetapi ia memiliki peran yang sangat penting dalam mengendalikan seluruh fungsi tubuh lainnya, seperti : mengingat, konsentrasi, mengantuk, berfikir, emosi, tingkah laku, dan sebagainya. Otak adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal dialam semesta. Otak adalah satu-satunya bagian tubuh yang apling berkembang dan secara otomatis dalam mempelajari dirinya sendiri. Otak adalah organ yang apabila dirawat dan dipelihara secara baik dan teratur dapat bertahan hingga 100 tahun. Jika anggota tubuh lain semakin tua akan semakin rusak tetapi otak justru semakin tua semakin menunujukan fungsi yang kian luas dan lebar.
Sama seperti aspek-aspek perkembangan lainnya, perkembangan otak juga dipengaruhi oleh interaksi hereditas dan lingkungan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh johnson (1998), “ the constructive process by which genes interact with their environment to yield complect organic structures as the human brain and the cognitive process it supports”.
Perkembangan otak terjadi sejak mulai masa prenatal, yakni kira-kira 25 hari setelah konsepsi. Pada awal masa ini otak terlihat seperti tabung yang tidak rata dan sangat halus (Rayport 1992; Johnson, 1998). Tabung-tabung halus ini berisi sel-sel dan membentuk kantong-kantong dan ruang-ruang. Ruang tersebut terbagi menjadi tiga ruang yaitu : forebrain (otak depan), mildbrain ( otak tengah), hindbrain (otak belakang).
Dengan berkembangnya jani, otak depan akan berkembang perlahan sehingga menjadi bagian atau ruang yang terbesar dibanding dengan ruang yang lain. Semakin meningkatnya kemampuan janin memproses informasi-informasi, otak depan semakin besar. Pada saat yang sama, otak tengah mengurangi besarnya, dan otak belakang tetap sama seperti semula (Daviddoff, 1998).
Sekitar usia 5-20 minggu perkembnagan janin dalam kandungan, bagian dalam ruang-ruang otak ini mulai memproduksi sel-sel neuron. Sel-sel neuron ini bertanggung jawab menstransmisikan informasi dan membuat manusia mampu berpikir secara cerdas. Karena dibawah oleh zat-zat kimia., neuron-neuron ini di bawa keruang khusus kemudian diruang khusus ini neuron-neuron ini di pertahankan dan disokong oleh sel gilal sehingga menjadi kukuh dan kuat. Setelah ia sampai diruang khusus, neuron-neuro membentuk serabut saraf yang dikenal dengan dendrit dan akson guna menjalin hubungan satu sama lain (Diamond & Hopson, 1998; Taufik paksiak, 2003).
Jumlah sel-sel neuron ini akan bertambah banyak seiring terbentuknya hubungan-hubungan baru akibat masuknya informasi kedalam otak. Ketika informasi masuk, maka akan terjadi kontak dan hubungan antar sel saraf. Jika jalna iti didukung (dalam bentuk selubung) oleh komponen yang bernama myelin, maka jalina itu akan kuat. Myelin terhubung dengan daya ingat seseorang.
Semakin sering orang megulang informasi yang masuk, semakin tegas myelination. Menurut Santrock (1996), myelination in a process in which nerve cells are insuled with a layer for fat cells, increases the speed at which information travel faster.
Jadi yang dimaksud dengan myelination adalah suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan dibungkus dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Pembungkusan sel-sel saraf ini berdampak pada peningkatan kecepatan informasi yang bergerak melalui sistem urat saraf. Proses myelination yang terjadi pada masa prenatal ini. Meskipun proses myelination lebih terlihat pada masa prenatal tetapi perkembangannya terus berlanjut pada masa anak-anak, remaja, dan dewasa awal (Bruer, 1999).
Perkembngan otak pada masa prenatal ini menentukan perkembangan anak selanjutnya setelah ia lahir, karena pada masa prenatal ini janin sudah dilengkapi dengan semua sel saraf (neuron) yang akan dimilikinya selama ia hidup. Dengan kelengkapan sel-sel ini, maka bayi yang baru lahir sudah siap menjalankan tuganya untuk kelangsungan hidupnya seperti : bernapas, me4nyusu, menelan, menangis, dan membentuk hubungan-hubungan sederhana. Walaupun demikian, saat lahir dan masa awal bayi, ketertarikan sel saraf ini masih lemah (Mc Devit & Ormord, 2002; Santrock, 2006).
Menurut ahli saraf, sel otak tidak akan di produksi lagi setelah anak tersebut lahir, tetapi perkembangan otak setelah lahir lebih terarah pada penambahan jumlah jaringan antar neuron. Jika jumlah jaringan antara neuron mningkat, maka anak akan mampu berpikir tentang hal-hal yang lebih kompleks (Treays, 2004).
Saat dilahirkan, otak bayi memiliki 10 miliar neuron. Neuron-neuron ini kemudian membentuk ribuan sambungan antarneuron yang disebut dendrit, dan akson yang berbentuk memanjang. Saat bayi berusia 2 tahun dendritnya sudah mencapai 50 – 1000 triliun. Selanjutnya sel-sel gilal yang tumbuh disekitar akson membentuk myelin yang memungkinkan neuron menstransmisikan pesan-pesan lebih cepat (Mc Devit & Ormrod 2002).
Beberapa penganut developmentalisme percaya bahwa myelination mempunyai arti penting bagi pematangan kemampuan anak-anak. Misalnya myelination di daerah otak yang berkaitan dengan koodinasi tangan-mata belum lengkap hingga usia 4 tahun. Meskipun otak terus berkembang saat anak-anak, perkembangannya tidak sepesat saat bayi. Hingga usia 3 tahun ukuran otaknya tiga perempat dari orang dewasa. Saat usia 5 atau 6 - 7 tahun otak anak mencapai dua pertiga otak dewasa, tetapi memiliki 5 -7 kali lebih banyak sambungan antar neuron daripada otak anak usia saat 18 bulan atau orang dewasa. Sampai usia 8 tahun, otak anak bisa dikatakan sempurna tetapi cara kerjanya masih terperinci dan masih membutuhkan waktu untuk berkembang penuh.
Myelination dalam ruang frontal dari korteks terus mengalami penyempurnaan hingga remaja (Kolb & Fantein, 1998). Saat masa remaja juga dapat terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini berfungsi dalam waktu aktifitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil kesimpulan (Carol & David R., 1995).
Perkembangan prontal lobe sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, hingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru. Saat kemampuan kognitif mencapai kematangan, remaja mulai memikirkan apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap orang tua, orang lain bahkan terhadap kekurangan diri sendiri (Myers, 1996)
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar