Rabu, 13 Januari 2016

Balada jenderal api

Balada Jenderal Api
Alkisah di sebuah kerajaan "Lembayung", ada sebuah kelompok yang disebut si Ksatria 5. Kelompok ini trengginas sekali melawan para penjahat. Orang-orang kesayangan Raja pun mereka jadikan tersangka, termasuk menteri-menteri kerajaan, tidak peduli. Kstaria 5 membuat rungsing kepala para polisi dan hakim. Karena apa mau dikata, petinggi polisi pun mereka tangkapi, hakim-hakim mereka masukkan kerangkeng. Juga bila perlu, Ratu lama (yang berkuasa sebelum Raja ini), bisa diperiksa terkait dana bantuan pusat celengan nasional.

Tahun demi tahun berlalu, terjadilah pergantian Raja baru. Sayangnya, Sang Raja baru ini sebenarnya tidak seberkuasa itu. Dia hanya menerima mandat dari elit padepokan gunung merah marun. Dia hanya petugas saja.

Sudah sejak lama terbetik kabar, elit padeopkan gunung merah marun tidak suka dengan Ksatria 5. Sial pula, saat orang kesayangan elit padepokan gunung merah marun hendak diangkat menjadi panglima polisi, Ksatria 5 justeru hendak menangkapnya. Gonjang-ganjing seluruh negeri, langit kerlap-kerlip merah, kawah bergolak. Raja baru dan elit padepokan gunung merah marun akhirnya membuat jurus baru. Mereka memutuskan mengangkat sang herder buas, diberikan pangkat tertinggi dengan sebutan: jenderal api. Tugasnya sederhana, gigit, habisi, usir siapapun yang tidak sepaham dengan kelompok kita. Terutama habisi Ksatria 5.

Lompatlah jenderal api ke medan pertempuran. Gerakannya tangkas, tanpa ampun. Ksatria 5 hancur berguguran, mereka ditangkapi dengan delik apasaja yang bisa dijadikan pasal. Menguap di meja makan pun bisa jadi masalah. Tidak cukup sampai di sini, keberingasan jenderal api kemana-mana, apapun yang bisa membuka peluang Ksatria 5 kembali digdaya, habisi. Peradilan jadi membingungkan, ketua-ketua lembaga kerajaan lain bahkan bisa ditangkapi juga. Setia sekali jenderal api ini sebagai pengawal Raja baru dan padepokan gunung merah marun. Dia memasang badan, berdiri di depan.

Sayangnya, inilah balada si jenderal api. Dia lupa, di kerajaan "Lembayung", sejak jaman dulu hingga hari ini, yang ada hanya kepentingan. Tidak ada kata setia. Tidak ada prinsip-prinsip penuh kemuliaan para pendekar. Dia memang setia dengan Raja baru, tapi tidak ada yang menjamin Raja baru akan setia padanya. Dia memang mati-matian akan melindungi padepokan gunung merah marun, tapi tidak ada yang menjamin dia akan balik dilindungi. Berbulan-bulan dia menjadi tameng, untuk kemudian pada suatu hari, dia harus menerima nasib, disingkirkan begitu saja, karena Sang raja sudah tak sudi. Si jenderal api terlalu berisik, terlalu bikin ribut (hanya itu alasannya). Sang Raja dan elit padepokan gunung merah marun tidak mau jenderal api ini jadi bablas, dan membakar semuanya. Karena apa mau dikata, jenderal api hanyalah satu diantara banyak sekali orang-orang kesayangan Raja baru dan padepokan gunung merah marun. Jangan ganggu orang kesayangan lain, atau situ akan dapat masalah.

Sungguh malang nasibnya. Beberapa bulan lalu dia adalah si jenderal api yang gagah perkasa. Untuk kemudian, dalam sekejap, nasib berubah, tidak ada lagi pedang api yang biasa dia sandang--dan sangat menakutkan melihatnya.

Inilah balada jenderal api di kerajaan Lembayung.

Belajarlah dari kisah ini.

Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar