Rabu, 13 Januari 2016

pengaruh lingkungan baru terhadap anak



      
Pengaruh lingkungan baru terhadap anak peserta didik
Yang paling mendasar dan yang paling banyak mempengaruhi peserta didik itu tidak hanya media seperti game online atau televisi, masyarakat, ataupun teman dan kelompok. Memang hal-hal tersebut juga memberi pengaruh tapi yang paling memberi pengaruh tempat dimana peserta didik tinggal karena tempat dia tinggal tidak dengan orang tua kandungnya tapi bisa juga dengan saudara, sepupuh, atau orang lain yang berbaik hati yang mau membiayai peserta didik atau bisa dikatan sebagai orang tua angkat. Dan itu bisa sangat mempengaruhi psikologisnya membuat peserta didik memiliki kendala dalam belajar ketika dia tinggal dilingkungan barunya dia merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu pekerjaan kepada orang yang sudah berbuat baik kepedanya dan tanpa sadar dia sudah mengesampingkan kewajiban peserta didik yaitu belajar.
Ketika si peserta didik memulai untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya dia banyak menemui kendala contohnya saat peserta didik tinggal dengan orang yang berbeda latar belakangnya itu membuat dia juga harus bisa menyesuaikan dengan keluarga barunya.
Ketika di sekolah peserta didik merasa kurang bebas karena saat dia sedang berada di sekolah keluarga barunya selalu menanyakan kepada temannya apakah dia masih disekolah atau dia pergi main dengan teman-teman yang lain itu pun sangat menggangu kebebasannya sebagai makhluk sosial dan merasa dia tidak di percaya apa yang dikerjakannya diluar rumah itu tidak ada manfaatnya atau lebih parah lagi kelurga barunya menganggap semua apa yang dikerjakannya itu sebuah hal negatif.
Pengaruh lingkungan tempat dia tinggal dan dampaknya
  Dalam buku yang berjudul pengelolaan lingkungan belajar Gagne (muhibbin 1998) menyatakan bahwa kejadian-kejadian pada lingkungan akan sangat berpengaruh pada hasil belajar anak.
Jika dilihat dari pernyataan diatas bahwa ketepatan lingkungan itu member pengaruh pada anak. Harusnya orangtua  memahami anak agar anaknya selalu diawasi agar si anak tidak terjebak dalam pergaulan bebas. Saya sangat terkejut ketika melihat seumuran anak sekolah dasar sudah berani mengakses gambar dan video-video dewasa. Ini sudah mencederai akhlak harusnya masa-masa sekolah dasar itu diisi dengan bermain dan belajar dan orangtua harus lebih intensif mengawasi anaknya saat si anak memainkan gadget atau saat anak mengakses internet orangtua membimbing da menjelaskan apa saja yang boleh dilihatnya dan apa saja yang tidak boleh dilihatnya agar si anak mengerti mana yang baik dan tidak baik.  

    

Jadilah Seperti Singa

Singa
 
Tidak semua diantara kita yang terlahir, kemudian besar, menjadi singa dalam hidupnya. Lebih banyak yang sejak kecil, memang sudah "disiapkan" menjadi domba, masuk ke dalam sistem, kemudian hanya turut, ikut apapun yang terjadi.

Tapi jika itu yang terjadi, maka, jadilah singa walau sehari, jangan seumur hidup menjadi domba.

Kita yang bekerja jadi PNS misalnya, masuk dalam sistem yang sudah begitu sejak dulu. Pelayanan buruk, penuh suap dan kolusi, disuruh manut oleh atasan dan kolega, maka jadilah singa walau sehari, lawan sekitar kalian. Mengaum buas.

Kita yang masih sekolah, nyontek jadi budaya. Saat UN, nyontek jamaah dimaklumi bahkan dibiarkan oleh sekolah, maka, jadilah singa walau sehari, adik-adik sekalian. Lawan kondisi tersebut. Mengaum buas. Jangan hanya jadi domba atau kambing terus-menerus, yang hanya bisa mengem-bekkk.

Tidak semua diantara kita ditakdirkan menjadi singa, dalam masyarakat yang masih terbelakang dalam penegakan hukum, nilai-nilai kejujuran, integritas, kita justeru dididik untuk tidak banyak bertanya, tidak banyak protes, ikuti saja kebiasaan. Jika mulai banyak tanya, resikonya bisa panjang. Tapi, apakah kita mau hanya jadi domba seumur hidup? Apakah kita saat usia 50, 60 tahun, berdiri, melihat ke belakang, menyaksikan terbentang panjang sejarah hidup kita yang hanya jadi domba.

Jadilah singa dalam sehari, adik-adik sekalian. Memang tidak ada jaminan itu akan berhasil, tapi bayangkan, jika ribuan, jutaan orang mau menjadi singa dalam sehari, kita akan menyaksikan, perlawanan telah dimulai. Perubahan menuju kebaikan telah digelindingkan.

Mengaumlah! Tunjukkan kalian punya prinsip dan pemahaman hidup terbaik.

Mulailah menjadi singa meski hanya sehari.

Tere Liye

Balada jenderal api

Balada Jenderal Api
Alkisah di sebuah kerajaan "Lembayung", ada sebuah kelompok yang disebut si Ksatria 5. Kelompok ini trengginas sekali melawan para penjahat. Orang-orang kesayangan Raja pun mereka jadikan tersangka, termasuk menteri-menteri kerajaan, tidak peduli. Kstaria 5 membuat rungsing kepala para polisi dan hakim. Karena apa mau dikata, petinggi polisi pun mereka tangkapi, hakim-hakim mereka masukkan kerangkeng. Juga bila perlu, Ratu lama (yang berkuasa sebelum Raja ini), bisa diperiksa terkait dana bantuan pusat celengan nasional.

Tahun demi tahun berlalu, terjadilah pergantian Raja baru. Sayangnya, Sang Raja baru ini sebenarnya tidak seberkuasa itu. Dia hanya menerima mandat dari elit padepokan gunung merah marun. Dia hanya petugas saja.

Sudah sejak lama terbetik kabar, elit padeopkan gunung merah marun tidak suka dengan Ksatria 5. Sial pula, saat orang kesayangan elit padepokan gunung merah marun hendak diangkat menjadi panglima polisi, Ksatria 5 justeru hendak menangkapnya. Gonjang-ganjing seluruh negeri, langit kerlap-kerlip merah, kawah bergolak. Raja baru dan elit padepokan gunung merah marun akhirnya membuat jurus baru. Mereka memutuskan mengangkat sang herder buas, diberikan pangkat tertinggi dengan sebutan: jenderal api. Tugasnya sederhana, gigit, habisi, usir siapapun yang tidak sepaham dengan kelompok kita. Terutama habisi Ksatria 5.

Lompatlah jenderal api ke medan pertempuran. Gerakannya tangkas, tanpa ampun. Ksatria 5 hancur berguguran, mereka ditangkapi dengan delik apasaja yang bisa dijadikan pasal. Menguap di meja makan pun bisa jadi masalah. Tidak cukup sampai di sini, keberingasan jenderal api kemana-mana, apapun yang bisa membuka peluang Ksatria 5 kembali digdaya, habisi. Peradilan jadi membingungkan, ketua-ketua lembaga kerajaan lain bahkan bisa ditangkapi juga. Setia sekali jenderal api ini sebagai pengawal Raja baru dan padepokan gunung merah marun. Dia memasang badan, berdiri di depan.

Sayangnya, inilah balada si jenderal api. Dia lupa, di kerajaan "Lembayung", sejak jaman dulu hingga hari ini, yang ada hanya kepentingan. Tidak ada kata setia. Tidak ada prinsip-prinsip penuh kemuliaan para pendekar. Dia memang setia dengan Raja baru, tapi tidak ada yang menjamin Raja baru akan setia padanya. Dia memang mati-matian akan melindungi padepokan gunung merah marun, tapi tidak ada yang menjamin dia akan balik dilindungi. Berbulan-bulan dia menjadi tameng, untuk kemudian pada suatu hari, dia harus menerima nasib, disingkirkan begitu saja, karena Sang raja sudah tak sudi. Si jenderal api terlalu berisik, terlalu bikin ribut (hanya itu alasannya). Sang Raja dan elit padepokan gunung merah marun tidak mau jenderal api ini jadi bablas, dan membakar semuanya. Karena apa mau dikata, jenderal api hanyalah satu diantara banyak sekali orang-orang kesayangan Raja baru dan padepokan gunung merah marun. Jangan ganggu orang kesayangan lain, atau situ akan dapat masalah.

Sungguh malang nasibnya. Beberapa bulan lalu dia adalah si jenderal api yang gagah perkasa. Untuk kemudian, dalam sekejap, nasib berubah, tidak ada lagi pedang api yang biasa dia sandang--dan sangat menakutkan melihatnya.

Inilah balada jenderal api di kerajaan Lembayung.

Belajarlah dari kisah ini.

Tere Liye

Selasa, 12 Januari 2016

jodoh, jodoh dan jodoh

Jodoh, jodoh dan jodoh
(I)

Jodoh itu di tangan siapa? Maka, nyaris 100% kita akan menjawab, di tangan Allah. Benar, bukan? Apakah itu jawaban kalian?

Nah, jika itu jawabannya, mengapa kita ragu-ragu, cemas, khawatir, takut jodoh kita akan tertukar? Pun, kita bahkan tega "mengintervensi"-nya dengan pacaran, masih SMA, sudah pacaran, pegang-pegangan tangan, pangku-pangkuan, dsbgnya. Ini jadinya paradoks, katanya kita tahu jodoh itu di tangan Allah, tapi kenapa kita mengambil-alih situasinya, kalau begitu, jangan-jangan, jawaban asli kita adalah: jodoh itu di tangan saya. Ya tidak masalah, boleh-boleh saja, "jodoh di tangan saya", kita bebas mencari jodoh dengan cara kita, style kita, toh, banyak yang dapat.

(II)

Bagaimana kita tahu seseorang itu jodoh terbaik bagi kita? Maka, lagi-lagi nyaris 100% kita akan menjawab, hanya Allah yang tahu. Benar, bukan? Apakah itu jawaban kalian?

Kita tidak pernah tahu apakah sesuatu itu akan mutlak baik atau mutlak buruk bagi kita. Apakah seseorang itu akan pas, cocok, langgeng hingga aki-nini, ajal menjemput, atau besok lusa malah sebaliknya ternyata hancur berantakan, tidak i love u lagi. Kita tidak tahu. Hanya Allah yang tahu. Benar begini kan pemahaman kita? Nah, lantas kenapa, kita mengotot sekali ingin seseorang tertentu menjadi jodoh kita? Bukankah kita tidak tahu apakah dia jodoh terbaik atau bukan? Kenapa kita dalam doa-doa, bahkan spesifik sekali menyebut nama seseorang? Kalau begini, jangan-jangan, jawaban asli kita adalah: saya tahu persis jodoh terbaik bagi saya. Jadinya malah bertolak-belakang dong. Tapi boleh? Lagi-lagi, tidak masalah, boleh-boleh saja punya pemahaman seperti ini, toh, manusia itu memang boleh egois. Jika kita yakin sekali itu yang terbaik, bungkus saja, "tidak perlu melibatkan" Allah.

(III)

Jika jodoh itu di tangan Allah, yang tahu terbaik juga adalah Allah, lantas apa yang harus saya lakukan, dong? Kan sudah given begitu, ngapain pula saya harus capek-capek nyari lagi. Tinggal tunggu, datang sendiri, toh, semua takdir Allah.

Nah, ini baru pertanyaan menariknya. Jawabannya simpel: perbaiki diri sendiri. Sederhana sekali. Bagaimana mencari jodoh terbaik? Perbaiki diri sendiri. Kita yang SMA, masih 16 tahun sudah pacaran, tentu saja level jodoh "terbaik" kita hanya akan satu SMA itu saja. Coba kalau kita terus memperbaiki diri, fokus sekolah, hingga bisa kuliah di LN, di Inggris misalnya, aduh, kans-nya malah lebih menarik, jangan-jangan levelnya adalah macam bule Brad Pitt gitu. Apakah mungkin kalau saya SMA sudah sibuk pacaran dapat Brad Pitt? Mungkin saja, asumsi kalau bule Brad Pittnya SMA di kampung, kota kalian.

Perbaiki diri sendiri, itulah jawaban hakikinya, termasuk dalam aspek agama. Saat SMA dengan dangkalnya pengetahuan agama, maka jodoh terbaik kita, lagi-lagi kelasnya ya hanya anak SMA. Tapi jika pengetahuan agama kita dalam, silaturahmi kita luas, bertemulah kita dengan pilihan-pilihan lebih baik, misalnya si tampan dari Korea yang agamanya juga baik, bertemu dalam sebuah organisasi, aktivitas. Atau si ganteng dari Turki. Perbaiki diri sendiri dalam hal apapun, termasuk bergaul di dunia maya. Hei, kalau kita di dunia maya ini cuma asyik di group alay, bagaimana mungkin kita akan bertemu dengan jodoh spesies non-alay? Ini hanya contoh, tidak perlu tersinggung. Perbaiki diri sendiri, maka rumusnya akan bekerja sendiri.

(IV)

Terakhir, baiklah, saya sudah percaya jodoh itu ditangan Allah, mana yang baik juga hanya Allah yang tahu, saya berjanji akan terus memperbaiki diri. Lantas, apakah itu menjamin saya akan dapat jodoh terbaik?

Jawabannya: belum tentu.

Hidup ini tidak pernah soal jamin-menjamin. Apalagi soal jodoh, mana ada garansi resmi dari Allah selama lima tahun, tunggu lima tahun, pasti dapat itu jodoh. Nggak begitu hidup ini berjalan. Boleh jadi, bahkan kita tidak dapat-dapat juga. Arghh, berarti rugi dong sayanya? Tidak juga. Ketahuilah, saat kita terus memperbaiki diri, ketika kita tidak dapat jodoh terbaik, maka minimal kita dapat: kita sudah semakin baik. Kita bukan lagi si anak SMA dulu, kita sudah menjadi seseorang yang terus bermanfaat dan senantiasa berahklak baik.

Dek, dalam banyak situasi, itu jauh lebih penting dibanding jodohnya itu sendiri. Percayalah.

Tere Liye

Korea selatan yang mungil

Korea Selatan yang Mungil
Seberapa banyak sih kebutuhan orang dunia atas minyak goreng, margarin, sabun?

Pertanyaan ini penting, karena bahan dasar membuat tiga produk ini adalah kelapa sawit (palm oil). Apakah kita menghabiskan 1 liter minyak goreng setiap hari? 1 kilo margarin? dan 1 sabun? Jawabannya, tidak. Produksi kelapa sawit untuk memenuhi minyak goreng sudah lebih dari cukup. Lantas kenapa, setiap menit, lahan kelapa sawit di dunia terus bertambah mencengangkan?

Jawabannya, karena kelapa sawit juga digunakan untuk biodiesel, bahan bakar. Mulai dari mesin, mobil, bahkan esok lusa, dengan kemajuan teknologi, bisa digunakan untuk pesawat terbang. Nah, jika ini situasinya, dengan label: sumber daya yang bisa diperbarui, ekspansi perkebunan kelapa sawit tidak akan pernah berhenti setidaknya 10-20 tahun ke depan. Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Environmental Science and Policy menyebutkan, biodiesel akan meningkatkan kebutuhan atas kelapa sawit di masa mendatang.

Kelapa sawit ini hanya tumbuh di negara tropis, dia butuh curah hujan yang memadai. Maka, Indonesia, Malaysia, Nigeria, Thailand, Kolombia, segera menjadi lokasi favorit. Tahun 2006, Indonesia melampaui Malaysia, menjadi negara produsen terbesar kelapa sawit, setiap tahun, diproduksi 20 juta ton minyak kelapa sawit, dan menurut perkiraan, akan dobel di tahun 2030 (belum 2030 saja angkanya sekarang sudah 1,5x). Ini angka raksasa, melibatkan uang ratusan hingga ribuan trilyun rupiah. Tapi apa harga yang harus dibayar? Hutan dihabisi. Tahun 2004, menurut data pemerintah, luas kelapa sawit itu hanya 5,2 juta hektare, 10 tahun kemudian, 2014, angkanya loncat dua kali menjadi 10,9 juta hektare. Bayangkanlah negara2 ini: Honduras, Korea Selatan, Portugal, Austria, Uni Emirates, bayangkanlah negara2 ini, karena luas mereka hanya negara di bawah 10 juta hektare, maka lahan kelapa sawit Indonesia, bahkan lebih besar dibanding negara2 ini. Bawa itu Korea Selatan semuanya, muat ditaruh di lahan kelapa sawit kita. Mungil sekali Korea Selatan ini.

Tahun 2030? Angkanya akan semakin mengerikan. Dengan pertumbuhan lahan kelapa sawit yang mencapai 7,67% per tahun (crazy, ini bukan angka inflasi loh), maka tahun 2030, akan ada 30 juta hektare lebih lahan kelapa sawit di Indonesia, itu 15% dari luas Indonesia. Hampir setara luas Jepang, Jerman, dan tetangga kita, Malaysia. Ambil semua Malaysia, lagi2, masukkan ke dalam lahan kelapa sawit kita, bisa muat semua.

Industri kelapa sawit rakus sekali dengan lahan. Mau itu hutan jenis apapun, mereka hajar saja. Mau itu lahan gambut, hutan hujan yang lebat, yang penting bisa ditanami kelapa sawit, go to hell!! Kalian percaya dengan website perusahaan mereka yang begitu indah bicara tentang sustainability? Saya sih tidak. Saya dua tahun belajar soal pertambangan (yg sama crazynya dengan kelapa sawit). Kalian percaya dengan pemerintah yang bilang pengawasan, pengawasan dan pengawasan? Saya sih tidak. Pengawasan diri sendiri saja mereka tumpul.

Negeri ini murahan sekali elitnya, seorang anggota DPR misalnya, bahkan disumpal 1 milyar saja sudah seperti kerbau dicucuk hidungnya, mau saja disuap. Crazy sekali, 1 milyar rupiah cukup untuk membeli integritasnya. Bayangkan Ronaldo, pemain top ini, setiap pekan dapat gaji dari Real Madird 19 milyar rupiah. Anggota DPR, cuma seharga hitungan hari saja bagi Ronaldo. Bayangkan level lebih rendah seperti Bupati, lebih murahan lagi. Disumpal uang ratusan juta, maka mereka sudah tutup mata dengan kehancuran hutan di sekitarnya. Konsesi hutan diberikan sambil cengengesan. Partai politik? Level pemerintahan pusat? Well, kita tidak pernah tahu secara transparan dan benar2 akuntabel uang mereka. Berapa banyak uang yang digelontorkan perusahaan kelapa sawit ke rekening kampanye mereka.

Inilah peta besar yang harus kalian pahami. Agar paham kenapa kebakaran hutan terus terjadi.

Apakah masalah kebakaran hutan akan selesai di Indonesia?

Jawabannya: tidak. Tidak dengan elit pemerintah yang lembek dan ganjen dengan uang. Pertumbuhan lahan kelapa sawit terus bertambah mencengangkan 10 tahun terakhir, dan tetap akan sama. Di Riau, ada 2,2 juta hektare lahannya (provinsi yang gubernurnya tersangka korupsi), menyusul Sumut 1,3 juta hektar (lagi2 sama, gubernurnya dicokok KPK), kemudian Kalteng dan Sumsel (di atas 1 juta hektare), hanya soal waktu, saat Sumatera dan Kalimantan habis, mereka akan lompat ke Sulawesi, Papua. Aduh, sungguh menyakitkan, jika hutan lebat Papua akhirnya juga hancur lebur diberikan pemerintah kepada perusahaan--yang sekarang pun sudah, tinggal kapan massifnya saja terjadi.

Apa korelasi kebakaran hutan dengan lahan kelapa sawit? Jawabannya mudah, karena saya ini dibesarkan di pedalaman Palembang sana, saya menyaksikan sendiri cara primitif ini. Membakar hutan adalah cara paling gampang untuk menyiapkan lahan perkebunan. Capek dek kalau harus dibersihkan manual hutannya, bisa berbulan2, tapi dengan di bakar, sehari bersih! Beres. Tiga hari kemudian saat tanahnya sudah dingin, mari kita tanami. Dan bukan hanya kelapa sawit saja yang butuh lahan, industri lain juga butuh tanah. Kemarau panjang bukan penyebab semua kekacauan ini, sejak jaman bahuela juga sudah sering kemarau panjang, baik-baik saja toh, hutan malah lebat. Naif sekali jika ada yang santai bilang ini karena Nano-Nano terlalu ekstrem tahun ini. Melainkan keserakahan manusialah yang menyebabkannya. Ketidak pedulian.

Bagaimana menghentikan semua kengerian ini?

Kita tahu sekali jawabannya. Masalahnya, apakah kita mau memulainya atau tidak. Jika tidak mau, baiklah, toh 30 tahun lagi, hutan2 itu akan habis semua. Selesai sudah dengan sendirinya. Mau?

Terakhir, saya adalah penulis, saya akan fokus menggunakan amunisi saya: tulisan. Silahkan kalian yang mau benci dengan tulisan2 saya. Sejak dulu, penulis itu tidak pernah disukai semua kelompok, terlebih penguasa. Maka, adik2 sekalian, jika kalian memahami tulisan2 di page ini, besok lusa, kalian akan masuk ke elit negeri ini, ingatlah tulisan2 saya, yang saat kalian masih remaja, anak muda yang masih idealis. 20 juta penduduk negeri ini tersedak oleh asap--yang boleh jadi itu adalah kalian juga-- ubahlah nasib negeri ini dengan pemahaman terbaik yang kalian punya. Kita butuh generasi baru yang benar2 steril dari kebiasaan korup, kalianlah generasi tersebut.

Saya percaya itu.

*Tere Liye

berpetualang dan melihat dunia

Berpetualanglah,

Kaki,
Jadikan dia naik-turun angkutan, mobil, kapal, pesawat,
Buat dia menjejak dinding terjal pegunungan
Melangkah di atas lembutnya pasir pantai
Atau disela-sela rumput padang savana dan stepa
Juga menyibak jalanan kota nan ramai
Atau pedesaan yang permai

Mata,
Buatlah dia menatap senyum ramah bangsa-bangsa dunia
Mata sipit penduduk dataran China
Atau mata biru orang-orang Eropa
Pun kulit hitam legam memesona rakyat Afrika
Atau selimut tebal penghuni tanah bersalju sepanjang musim
Tambahkan hijaunya alam
Hewan-hewan yang berlarian di atasnya

Mulut,
Biarkan dia selalu menyapa riang siapapun yang bersua
Bertanya arah jalan saat tersesat--sedikit kecut
Berseru amboi betapa lezatnya makanan antah-berantah
Atau belajar bernyanyi lagu setempat
Juga bisa bercakap-cakap dengan siapapun meski bahasa menghalangi
Biarkan mulut kita mengalami petualangan yang mengasyikkan

Berpetualanglah, anak muda

Hati,
Jika dia menyimpan gelisah dan kesedihan
Biarkan perjalanan menghiburnya sepanjang langkah
Jika dia membawa semangat dan kegembiraan
Biarkan dia menemukan hal-hal lebih menakjubkan
Sungguh perjalanan selalu spesial

Pergilah melihat dunia.

Tere Liye

Disalah-pahami

DISALAH-PAHAMI
Hidup ini bukan untuk menjelaskan. Habis waktu jika kita harus menjelaskan ini-itu. Pun kalaupun kita sudah jelaskan, apakah semua jadi terang-benderang? Tidak juga. Malah semakin rumit seperti benang kusut. Maka, salah-paham, salah-sangka, praduga keliru, adalah keniscayaan. Tidak bisa kita enyahkan. Dimana-mana ada salah-paham.

Orang-orang akan keliru menafsirkan kalimat yang kita sampaikan. Maksud kita baik, tulus, disangka jahat dan penuh rencana. Tidak masalah, itu normal-normal saja. Orang-orang juga keliru menafsirkan perbuatan kita, tindakan kita, yang tujuannya adalah A, ternyata ditafsirkan Z. Kita lakukan untuk perbaikan, disangka untuk kejahatan. Kita tidak sedang rese, menyindir, disangka sedang menyerang habis2an. Juga tidak masalah, ini sering terjadi. Orang-orang salah menyimpulkan pilihan kita, keputusan kita, jalan hidup dsbgnya, dsbgnya.

Apakah kita harus bergegas menjelaskan? Hampir kebanyakan jawabannya: Tidak perlu. Kalaupun memang perlu dijelaskan, nanti-nanti saja. Tidak sekarang. Tapi bagaimana dong? Kan nggak enak kalau tidak dijelaskan? Aduh, jangan cemas dengan penilaian orang lain, jangan cemas dengan omongan orang lain, yakinilah, salah-paham, selalu bisa diurai saat kita terus konsisten memang bermaksud baik dan tulus. Kalaupun tidak bisa diurai hingga kita mati, tidak masalah, besok lusa mungkin akan terurai.

Kalian pasti tahu kisah Nabi, yang setiap hari menyuapi pengemis Yahudi yang menyumpahinya, "Muhammad adalah orang gila, tukang sihir, jangan didekati, dstnya", si pengemis ini fatal sekali salah-paham. Nabi tidak sekalipun bergegas berusaha menjelaskan, tapi memilih terus kongkret mengurus kakek tua pengemis ini dengan tulus dan lemah-lembut. Hingga Nabi meninggal, pengemis ini terus salah-paham, hingga akhirnya Sahabat Nabi Abu Bakar meneruskan mengurus si pengemis, menyuapinya makan. Si pengemis bertanya, mana orang yang biasa menyuapinya? Kok sekarang beda cara menyuapinya? Abu Bakar bilang, orangnya sudah meninggal, dan dialah Nabi Muhammad. Sungguh, dek, itu nyesek sekali, jleb bagai disambar petir, saat si pengemis ini akhirnya mengetahui kebenarannya, bahwa Nabi bukan orang gila, justeru Nabi orang yang selama ini telah mengurusnya, ngasih makan. Nabi tidak seperti prasangka jahatnya.

Adik-adik sekalian, belajarlah dari kisah ini, apakah Nabi bergegas di hari pertama bilang, bahwa dia tidak seperti disangkakan si pengemis? Jawabannya tidak. Nabi fokus terus berbuat baik. Konsisten.

Saya bukan orang bijak, kita semua jauh sekali levelnya bahkan untuk menyentuh kebijakan sahabat Nabi yang paling biasa-biasa saja. Tapi ingatlah selalu nasehat ini, bahwa daripada sibuk menjelaskan, lebih baik sibuk produktif dan kongkret. Daripada sibuk menjelaskan (yang kadang malah cenderung bela diri, defensif), lebih baik fokus terus memperbaiki diri.

Besok lusa, insya Allah, salah-paham bisa dijelaskan. Orang2 akan menangis telah keliru menyimpul, orang2 akan terdiam telah salah-paham, orang-orang akhirnya mengetahui kebenaran sejatinya. Tapi itu bukan urusan kita, itu urusan mereka. Kecuali kalau yang salah paham itu adalah kita, nah, itu sungguh rumit sekali. Mau jadi seperti pengemis yahudi tadi?
14 November 2015 pukul 18:16 · Publik
 
Tere Liye

Sadis

SADIS
IRONISNYA,,IA
SERING DITIPU OLEH PARA PEMBELINYA,,DENGAN DALIH HUTANG BENSIN,,YANG AKAN DIBAYARKAN KEMUDIAN,,,""
""DAN JIKA SUDAH SAMPAI TUJUAN AKAN KEMBALI UNTUK MEMBAYARNYA,.."" ,,NAMUN SI PEMBELI TIDAK PERNAH KEMBALI LAGI,,,""
""RUMAH DAN LAPAK YANG DITEMPATINYA ITU,,SUDAH HAMPIR RUBUH KARENA KAYUNYA SUDAH LAPUK,,DAN PATAH DI BEBERAPA BAGIAN,.""
""TAMPAK PULA.SELIMUT DAN SERAGAM ANAK SD,,YANG IA JUAL,,MASIH TERGANTUNG,,DILAPAKNYA ..KARENA BELUM LAKU,,.""
Mbah Min Debleng warga dsn.Pacuh ds.Penataran kec.Nglegok kab.Blitar, hanyalah seorang penjual bensin dipinggiran Jalan Tjandisewu sebelah SDN Penataran.
Dalam sehari ia bisa menjual 3-6 botol bensin ecerannya adalah sebuah prestasi penjualan baginya, itupun tidak mesti bisa ia jual dengan keuntungan yang tidak seberapa.
Hitunglah keuntungan itu hanya Rp.500,- per botolnya, kalau ia berhasil menjual 6 botol berartikeuntungannya cuma Rp.3000,- saja.
Jarang sekali ia bisa menjual seluruh bensin dagangannya yang berjumlah sekitar 20 botol itu dalam seharinya. Itu pula yang menyebabkannya makan sehari cuma sekali saja.
"Untuk kulakan bensin ia biasa menggunakan sepeda onthel miliknya,.""
""Ironisnya,,ia sering ditipu oleh pembelinya dengan dalih hutang bensin,,"" yang akan dibayarkan kemudian jika ia sudah sampai tujuan akan kembali untuk membayarnya. namun si pembelinya tidak pernah kembali lagi.,""Terang Fauzy Iaz,,salah seorang warga menerangkan.
""Mungkin itu bukan rejeki saya nak,,.""Biarlah saya iklas koq,,."" Ujar lelaki yang baru melewati 1000 hari kematian istrinya ini.."dengan nada lirih,.
Terpaksa pula ia juga menjual selimut bantuan dari para dermawan karena tidak punya uang untuk makan,,ia juga menjual celana "gombornya,,jika ada yang membelinya,,.""Tampak pula ada seragam anak SD yang ia jual, namun belum laku,,."dan masih tergantung dilapaknya.
Rumah sekaligus lapaknya itu sudah hampir rubuh karena kayunya banyak yang lapuk dan patah dibeberapa bagian,,Ada bagian kayunya yang juga sudah dimakan rayap.
SARAN HALAMAN: Sukai Komunitas Orang Jawa Timur <- Like
3 Januari pukul 19:46 · Publik

Bagaimana memilih panutan yang baik

JIKA MENCARI IDOLA 
Saya berikan catatan yang sangat rinci, jika kalian ingin mencari idola, berikut karakter yang harus dipenuhi oleh idola kalian tersebut:

1. Hidup bersahaja.
Penting sekali idola kalian itu hidup bersahaja. Itulah dia sebenar-benarnya. Pakaiannya, tampilannya, cara hidupnya, itulah dia wujud sebenar-benarnya. Bukan hasil dempul, hasil oplosan, apalagi pencitraan, rekayasa, dsbgnya. Kalian mau mengidolakan boneka, manekin berjalan? Seluruh fisik luarnya hanyalah polesan artifisial.

2. Ahklak baik.
Pastikan idola kalian memiliki ahklak tidak tertandingi. Tutur katanya lembut, menyayangi pembencinya, tersenyum pada musuhnya. Dan itu semua memang tulus. Crazy sekali jika kita mengidolakan sebuah kelompok--yang di kelompok itu, angka bunuh dirinya tertinggi di dunia. Juga kehidupan bebas, pergaulan bebas. Kelompk yang santai sekali minum alkohol, sex bebas. Bagaimana dia akan tulus tersenyum pada fansnya?

3. Bermanfaat & Menginspirasi.
Setelah kita memastikan idola kita bersahaja dan berahklak baik, tentu pastikan apakah idola kita ini memberikan manfaat? Memberikan inspirasi kepada kita? Memberikan nasehat, agar kita terus menjadi orang yang lebih baik? Apakah idola kita membawa dampak nyata yang baik kepada kita?

4. Tidak menjadikan kita pasar
Nah, ini yang sering keliru sekali. Jika idola kita itu menjadikan kita pangsa pasar, dia jualan sesuatu kekita, itu sungguh "penipuan". Rugi sekali kalau kita menjadikan dia idola. Saya, misalnya, Tere Liye, penulis, rugi sekali jika kalian menjadikan saya idola, saya ini jualan buku, film, sinetron, acara2, dsbgnya. Hubungan kita boleh jadi simpel hanya: penjual dan pembeli. Kita jejeritan, mendukung idola habis2an, berpeluh mengantri, tapi sebenarnya, kita hanya pasar dia doang.

5. Memikirkan fansnya.
Terakhir, sungguh, carilah idola yang ketika dia hampir meninggal pun, tidak sekalipun dia berhenti memikirkan balik fansnya. Cemas sekali dengan fansnya, apakah fansnya ini akan selamat atau tidak. Carilah yang seperti ini adik-adik sekalian, yang saat kita memikirkannya, idola kita pun sungguh memikirkan kita juga. Itu baru nyambung, seimbang, dan seorang idola sejati.

Lantas siapa yang bisa memenuhi 5 syarat ini? Memang ada yang begini? Yang bersahaja, berahklak baik, bermanfaat, menginsipirasi, tidak menjadikan kita pasar dan selalu memikirkan kita? Ada.

Silahkan baca ulang 1 s/d 5, pikirkanlah Nabi kalian, tidakkah kalian tergerak menjadikannya idola?

Ingatlah selalu. Dalam hadist yang sangat sahih, riwayat Muslim, Nabi pernah berwasiat, kita akan bersama idola kita kelak saat kiamat. Barangsiapa yang mengidolakan si A, maka kalian akan bersama dia kelak. Itulah teman kita di sana. Barangsiapa yang habis2an, berlebihan sekali, apapun dilakukan demi yang disukainya, itulah yang akan bersama kita kelak. Karena itu memang cocok satu sama lain, yang menjadi fans, dan yg diidolakan.

*Tere Liye

Rempong dan tidak bisa membaca

REMPONG DAN TIDAK BISA MEMBACA
Kenapa sih orang2 sering bertengkar di media sosial?

Karena kita tidak pandai membaca. Kita memang bisa membaca, tapi kita tidak terlatih memahami, melakukan refleksi, mengalami proses membaca dengan baik. Kenapa jadi begini? Karena kita hanya terbiasa membaca media sosial, yang pendek, ringkas, untuk kemudian langsung berkomentar. Berbeda sekali saat kita terlatih membaca buku2 tebal, dengan beragam topik bahasan, beragam penulis, dan sudut pandang, insya Allah, kita akan terlatih berpikir, karena tidak ada tempat menulis komen di halaman buku, kita juga bisa berhenti sejenak, menyerap, lantas memahami banyak hal.

Berikut akan saya tuliskan beberapa (mungkin) kesalahan fatal para pembaca modern:

1. "Semua" vs "Hampir" vs "Nyaris"
Saat ada kalimat, "Nyaris dari seluruh wanita menyukai perhiasan." Maka, orang2 yang tidak terlatih, langsung ngamuk, "Kata siapa? Saya buktinya tidak suka perhiasan. Anda sok tahu sekali menyimpulkan." Ya memang, kan ditulisnya "Nyaris", jadi memang ada yang belum tentu suka. Kecuali ditulis, "Semua wanita menyukai perhiasaan." Baru bolehlah situ merasa tersinggung. Dia mengamuk gara2 tidak pandai membaca.
Nyaris semua kesalapahaman pembaca di media sosial berasal dari hal-hal seperti ini. Tidak terlatih, tidak bisa membedakan istilah "semua", "hampir", "nyaris", "mayoritas", "sedikit sekali", dll. Juga tidak terlatih membedakan definisi sebuah kosa kata. Penggunaan kata.

2. Detail tulisan.
Ada sebuah pengumuman acara misalnya, jelas sekali di sana ditulis, hari dan tanggalnya, tapi lazimnya ada saja yang tiba-tiba menulis komentar, ini acaranya kapan? Ini tempatnya di mana? Dsbgnya, dsbgnya. Sungguh menarik memperhatikan pengguna media sosial, entah apakah mereka memang luput memperhatikan detail, atau boleh jadi memang tidak mau membacanya dengan baik.
Maka, apalagi saat sebuah tulisan membahas hal yang lebih serius. Lebih banyak lagi yang mengabaikan detail sebuah tulisan.
Membaca itu adalah proses utuh, bukan seperti mendengarkan. Kita bisa saja ngobrol dengan orang lain sambil main HP, tapi membaca, adalah proses yang harus dibaca dengan lengkap. Repot sekali jika kita sudah membacanya sepotong saja, tidak detail, untuk kemudian mengamuk.

3. Gaya bahasa.
Saya gunakan sebuah contoh sbb: "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.", maka orang yang tidak pandai membaca, akan sibuk membahas tentang daunnya. Orang2 ini berlagak pintar sekali, komentar kemana2, nyolot pula. Kenapa? Entahlah, saya tidak tahu persis. Apakah karena ingin terlihat kerena dan pintar, mencari2 perhatian. Karena pembaca yang terlatih, tentu saja dia paham itu gaya bahasa. Kalaupun dia tidak sependapat, dia akan memilih merenungkannya. Gaya bahasa adalah majas, metafor, dll, dll. Dia memerlukan pemahaman yang baik, dan tidak selalu artinya seperti yang kita bayangkan.

4. Merasa tulisan ditujukan untuknya.
Ini juga kesalahan fatal para pembaca modern. Selalu merasa saat menemukan sebuah tulisan, langsung berpikir, ini menyindir saya, ini ditujukan untuk saya, dan sebagainya. Ada postingan, "Bisulan di pantat itu sakit sekali." Ini hanya misal, dan sedikit lebay, tapi atas postingan sejenis ini di media sosial, tidak sedikit kejadian tiba-tiba ada yang mengamuk di kolom komentar, "Lu nyindir gue yang lagi bisulan? Dasar nenek sihir." Eh, siapa pula yang tahu situ sedang bisulan di pantat? Boleh jadi yang menulis postingan sedang lurus ingin bilang, bisulan di pantat memang sakit. Bagaimana mungkin tulisan itu dibuat untuk kita? Inilah runyamnya, kita tidak memahami substansi tulisan tersebut, kita lebih memilih: ini ditujukan untuk saya.

5. Merasa tulisan selalu soal setuju atau tidak setuju.
Kata siapa tulisan itu harus soal setuju atau tidak setuju? Nyaris semua tulisan di media sosial ini adalah tulisan, tidak lebih tidak kurang. Itu bukan UU, yang semua orang wajib patuh. Entah kenapa, setiap membaca sesuatu, kita hampir selalu langsung harus menyikapinya dengan setuju atau tidak setuju. Untunglah jika setuju, masalah bisa selesai, bagaimana kalau tidak? Kita mulai bertengkar, berantem di kolom komentar. Padahal tidak ada pula yang sedang memaksakan sesuatu. Dalam level lebih serius, tulisan dianggap kebenaran mutlak, suci, aduh, ini repot sekali. Ketahuilah, kita selalu punya kesempatan untuk punya pendapat sendiri, tanpa perlu setuju atau tidak setuju atas sebuah tulisan.

Masih banyak lagi daftarnya, kalian bisa melakukan refleksi sendiri.

Saya selalu menyarankan, bacalah buku, sebanyak mungkin. Itulah yang disebut dengan sebenar2nya membaca. Bukan cuma membaca status facebook, twitter, itu bukan membaca dek. Media sosial itu bisa dibilang lebih kepada "percakapan lisan" (yang mengambil bentuk tulisan). Dengan banyak membaca buku, kita akan mulai terlatih melakukan perenungan. Menyerap, memahami, kemudian menjadikannya tulisan berikutnya. Karena, saat kalian membaca buku setebal 500 halaman, sungguh kalian tidak akan pernah bisa menulis komentar di sana, bukan? Hanya bisa terus dibaca dan dipahami. Di media sosial, kadang terbalik situasinya, ada postingan cuma 1 kalimat, yang komentar mengamuk bisa menulis panjang lebar 50 kalimat. Bukankah itu persis saat bertengkar secara lisan di komplek perumahan, satu orang hanya mengucapkan 1 kalimat, emak-emak rempong (maafkan saya contohnya emak-emak, lagi2 ini hanya gaya bahasa) malah membalasnya dengan kalimat tiada henti selama 10 menit, hingga muncrat ludahnya kemana2. Kita mau jadi emak-emak rempong?

Tere Liye

tips menjaga kecantikan wajah


Merdeka.com - Malam hari adalah saat yang paling penting untuk merawat kecantikan wajah. Meskipun di malam hari kulit Anda tidak terancam efek merusak dari sinar ultra violet, tetapi ternyata saat Anda tidur, kulit akan beregenerasi. Sel-sel kulit yang mati dan rusak akan digantikan dengan yang baru. Agar prosesnya bisa berjalan sempurna, Anda harus memperhatikan beberapa hal berikut. Karena itu simak 6 tips yang dikutip dari Momtastic berikut.

1.Bersihkan makeup dengan sempurna
Agar pori-pori Anda terbuka dan kulit bisa beristirahat dari bahan kimia dalam kosmetik, sebelum tidur selalu sempatkan untuk membersihkan seluruh makeup di wajah. GUnakan kapas dan cleanser agar semua sisa makeup terangkat sempurna. Setelah itu bilas wajah atau gunakan toner. Kalaupun seharian ini Anda tidak mengenakan makeup, pastikan untuk tetap membersihkan wajah, karena aktivitas yang Anda lakukan sejak pagi menyebabkan kuman dan kotoran menempel di permukaan kulit. Jika tidak dibersihkan, salah-salah timbul jerawat.

2.Pakai pelembap
Saat tidur pun kulit tetap perlu pelembap. Ketika Anda tidur, pori-pori kulit terbuka sehingga lebih mudah menyerap nutrisi daripada saat pagi dan siang hari. Anda bisa menggunakan krim malam yang cocok untuk jenis kulit Anda. Pilih yang formulanya ringan dan tidak menyebabkan komedo (non-comedogenic). Lakukan pemijatan lembut saat aplikasi agar sirkulasi darah lancar.

3.Sediakan waktu untuk peresapan
Salah besar jika Anda langsung tidur setelah mengoleskan krim malam. Begitu Anda merebahkan kepala di atas bantal, krim akan langsung menempel di sarung bantal. Luangkan waktu setidaknya 20 menit agar nutrisi dalam krim sempat diserap kulit wajah.

4.Minum air putih
Tidak hanya dari luar, kelembapan kulit juga perlu dijaga dari dalam. Untuk itu minumlah segelas air putih sebelum tidur. Air putih dapat membantu menetralkan garam dan bahan-bahan tak sehat dalam makanan yang Anda konsumsi, sehingga kulit terjaga dari kekusaman. Tak ada salahnya kalau Anda juga menambahkan konsumsi vitamin E.

5.Ganti sarung bantal
Anda harus rajin mengganti sarung bantal, setidaknya seminggu sekali. Kenapa? Karena bantal yang Anda tiduri setiap hari adalah tempat ideal untuk berkembangbiaknya kuman. Sisa makeup di wajah seta minyak dan kotoran di rambut selama berhari-hari menempel di sana. Jika wajah Anda yang sudah bersih menempel di sana, kuman dan bakteri tersebut akan berpindah ke kulit wajah.

6.Tidur berkualitas
Tidur cukup dan nyenyak adalah rahasia utama agar kulit tetap dalam kondisi prima. Pastikan jam tidur Anda cukup. Biasakan tidur tanpa membiarkan lampu menyala, karena hal itu bisa merangsang kerja hormon yang meregenerasi sel tubuh Anda.

Nah, itulah 6 hal yang harus Anda kerjakan di malam hari sebelum tidur agar kulit tetap menawan keesokan harinya. Selamat mencoba.
[tsr]

Bagaimana Menulis Esai Untuk Mendapatkan Beasiswa LPDP

Terbit 11 January 2016, 11:59 AEDT
Pemerintah Indonesia lewat program LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) memberian beasiswa setiap tahun kepada mahasiwa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Salah satu syarat dalam melamar adalah membuat esai. Heru Handika yang sekarang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Melbourne memberikan tips bagaimana menulis esai. 
LPDP baru saja mengumumkan jadwal seleksi beasiswa tahun 2016. Esai adalah salah satu syarat utama dalam aplikasi tersebut. Bagi kami awardee (penerima beasiswa LPDP) sudah menjadi hal biasa diserbu teman-teman yang akan melamar, salah satunya untuk meminta contoh esai.
Saya sendiri tidak mau menyerahkan contoh ini. Karena dikhawatirkan akan adanya copy-paste —LPDP sangat concerned dengan hal ini. Jika ketahuan, tidak hanya merugikan calon pelamar, tapi juga awardee yang bersangkutan.
Tulisan berikut ini tidak hanya bermanfaat bagi pelamar beasiswa LPDP. Tapi, mungkin juga membantu mereka yang ingin belajar menulis.

Ini yang perlu diperhatikan dalam menulis esai, dan beberapa tips berguna pada bagian akhir yang sangat penting sekali:

1. Stay Focus
Ada dua tema dalam esai LPDP: “Kontribusiku Bagi Indonesia: kontribusi yang telah, sedang dan akan saya lakukan untuk masyarakat/lembaga/instansi/profesi komunitas saya” dan "Sukses Terbesar dalam Hidupku”.
Tema pertama mengalami sedikit perubahan dari tema sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan tema sebelumnya, hanya lebih detil saja.

Pada judul pertama, banyak yang menulis esai dengan menjabarkan segala kontribusi yang telah dia lakukan. Namun, saya sendiri hanya fokus pada satu topik yang berkaitan dengan bidang saya. Karena bidang saya biologi, saya bercerita tentang kontribusi saya dalam mengkaji keanekaragaman hayati Indonesia.

Pada judul kedua, cerita "Sukses Terbesar dalam Hidupku" ini saya kaitkan dengan esai pertama. Walaupun, saya tidak mencantumkan hubungan dengan esai pertama secara jelas, tapi dari isi tulisannya kelihatan sangat berkaitan. 

Saya tidak bercerita banyak hal. Tidak menjabarkan semua kontribusi saya untuk Indonesia. Hanya satu saja. Tidak lebih. Kemudian saya kembangkan untuk menggambarkan cita-cita saya.
Heru Handika sedang melanjutkan pendidikan S2 di bidang zoology di Universitas Melbourne.
Heru Handika sedang melanjutkan pendidikan S2 di bidang zoology di Universitas Melbourne.

Inilah yang saya maksud dengan stay focus. Menulis esai dengan satu fokus cerita akan lebih mudah, dibandingkan harus memasukkan berbagai macam cerita ke dalamnya; terkadang malah ceritanya menjadi tidak saling berkaitan. 

Singkatnya, semua tergantung bagaimana kita membungkusnya (dalam artian positif) hingga menjadi sebuah cerita yang benar-benar bermakna. Menjadi impian dan harapan kita dalam membantu kemajuan Indonesia di masa depan.

2. Susun Esai Berdasarkan Urutan Seharusnya
Maksudnya begini, dalam menulis esai kita harus memastikan alirannya dimulai dari pendahuluan, isi, hingga penutup. Memang, esai ini hanya kumpulan paragraf yang saling berhubungan, tidak ada dituliskan "Pendahuluan", "Isi", dan "Penutup". Namun, dalam menuliskannya, alirannya harus jelas dan runut; tidak pindah kesana-kemari. 

Terdengar klise, tapi ini penting untuk diingatkan. 

Misalnya, kita memulai esai dengan paragraf tentang impian memajuan perikanan. Pada paragraf kedua, lanjutkan dengan bercerita tentang permasalahan-permasalah yang ditemukan. Dukung argumen-argumen kita dengan contoh konkret tentang usaha yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan; jangan pernah bercerita masalah tanpa solusi. Pada paragraf akhir, tuliskan kesimpulan dari tulisan tersebut serta harapan ke depannya.

3. Mulai dari Pendahuluan yang Meyakinkan, Akhiri dengan Ending yang Mengesankan
Pendahuluan merupakan bagian tersulit dalam menulis esai. Saya sarankan untuk menaruh perhatian lebih disini. Penduluan yang kuat menjadi awal untuk memastikan tulisan and stand out from the crowd (hal yang unik yang berbeda dari yang lain). Berikut contoh pendahuluan kedua esai saya:
ina_heru essay 1
ina_heru essay 1

Pada contoh pertama, saya memulai dengan realita Indonesia. Poin pentingnya ada pada kalimat terakhir, ini bagian penting bagi saya untuk bercerita mengenai bidang saya dan peranannya.

Pada contoh kedua, saya memulai dengan harapan saya yang kontras dengan kenyataan yang saya dapatkan. Cerita inilah yang kemudian saya kembangkan untuk mendefinisikan arti kesuksesan menurut saya.

Begitu juga dengan penutup. Berikut contoh penutup pada esai saya:

ina_heru essay 2
ina_heru essay 2
Saya menyimpulkan tulisan saya disini, dan menutupnya dengan kalimat yang memiliki keyakinan yang kuat.

Semua contoh tersebut tidaklah sempurna, tapi setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana menulis esai. 

4. Killer Tips
Tahukah anda, ketika draft-nya selesai, tulisan di blog ini tidak langsung saya publish? Draft saya simpan, lalu saya tutup dan melupakannya dalam waktu tertentu; biasanya sehari. Kemudian saya balik lagi, melakukan revisi dan penulisan ulang. Saya baru publish ketika saya rasa sudah layak. Begitu kira-kira proses kreatif saya dalam menulis, mungkin juga teman-teman lain yang hobby menulis. 

Dalam kasus esai ini, saya sangat sarankan jangan langsung submit setelah anda selesai menulisnya. Tinggalkan beberapa saat, sebaiknya beberapa hari. Lupakan. Pikirkan kegiatan anda yang lain. 

Kenapa? Pada saat pertama kita menulis, faktor emosional kita akan berusaha meyakinkan bahwa tulisan tersebut bagus. Merevisi langsung, hanya akan membuatnya semakin berantakan.

Dengan melupakannya, kita akan kembali melihat tulisan tersebut dengan pikiran yang lebih jernih. Sederhananya, kita akan bisa membacanya seolah-olah sebagai orang lain. Pada tahap inilah sebaiknya revisi dilakukan.  

Setelah beberapa hari, dan anda sudah benar-benar yakin esai-nya bagus, baru kemudian dikirim ke LPDP. Lengkapi berkas yang lain. Setelah itu tinggal berdo'a. Karena semua usaha sudah dilakukan.

Sedikit berbagi, saya mendapatkan beasiswa LPDP bukan pada lamaran pertama. Pada lamaran kesekian hingga kemudian dipanggil wawancara, esai adalah bagian yang saya perbaiki dalam aplikasi saya. Rejeki takkan lari kemana, asal kita terus berjuang. 

Terakhir, anda juga pastinya menyadari bahwa artikel ini ditulis manusia. Tidak absolut benar. Bisa dijadikan pedoman, tetapi yang lebih penting adalah menjadi diri sendiri dan menemukan pola anda.

* Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan sebelumnya pernah dimuat di blog pribadi Tikus.net.. Heru Handika adalah penerima beasiswa LPDP tahun 2014. Saat ini aktif sebagai mahasiswa Master of Science (Zoology) di University of Melbourne, Australia, juga aktif melakukan penelitian di Museum Victoria, Melbourne, Australia.
- See more at: http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-01-11/bagaimana-menulis-esai-untuk-mendapatkan-beasiswa-lpdp/1534430#sthash.QFcbCESl.dpuf

Bagaimana Menulis Esai Untuk Mendapatkan Beasiswa LPDP

Terbit 11 January 2016, 11:59 AEDT
Pemerintah Indonesia lewat program LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) memberian beasiswa setiap tahun kepada mahasiwa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Salah satu syarat dalam melamar adalah membuat esai. Heru Handika yang sekarang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Melbourne memberikan tips bagaimana menulis esai. 
LPDP baru saja mengumumkan jadwal seleksi beasiswa tahun 2016. Esai adalah salah satu syarat utama dalam aplikasi tersebut. Bagi kami awardee (penerima beasiswa LPDP) sudah menjadi hal biasa diserbu teman-teman yang akan melamar, salah satunya untuk meminta contoh esai.
Saya sendiri tidak mau menyerahkan contoh ini. Karena dikhawatirkan akan adanya copy-paste —LPDP sangat concerned dengan hal ini. Jika ketahuan, tidak hanya merugikan calon pelamar, tapi juga awardee yang bersangkutan.
Tulisan berikut ini tidak hanya bermanfaat bagi pelamar beasiswa LPDP. Tapi, mungkin juga membantu mereka yang ingin belajar menulis.

Ini yang perlu diperhatikan dalam menulis esai, dan beberapa tips berguna pada bagian akhir yang sangat penting sekali:

1. Stay Focus
Ada dua tema dalam esai LPDP: “Kontribusiku Bagi Indonesia: kontribusi yang telah, sedang dan akan saya lakukan untuk masyarakat/lembaga/instansi/profesi komunitas saya” dan "Sukses Terbesar dalam Hidupku”.
Tema pertama mengalami sedikit perubahan dari tema sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan tema sebelumnya, hanya lebih detil saja.

Pada judul pertama, banyak yang menulis esai dengan menjabarkan segala kontribusi yang telah dia lakukan. Namun, saya sendiri hanya fokus pada satu topik yang berkaitan dengan bidang saya. Karena bidang saya biologi, saya bercerita tentang kontribusi saya dalam mengkaji keanekaragaman hayati Indonesia.

Pada judul kedua, cerita "Sukses Terbesar dalam Hidupku" ini saya kaitkan dengan esai pertama. Walaupun, saya tidak mencantumkan hubungan dengan esai pertama secara jelas, tapi dari isi tulisannya kelihatan sangat berkaitan. 

Saya tidak bercerita banyak hal. Tidak menjabarkan semua kontribusi saya untuk Indonesia. Hanya satu saja. Tidak lebih. Kemudian saya kembangkan untuk menggambarkan cita-cita saya.
Heru Handika sedang melanjutkan pendidikan S2 di bidang zoology di Universitas Melbourne.
Heru Handika sedang melanjutkan pendidikan S2 di bidang zoology di Universitas Melbourne.

Inilah yang saya maksud dengan stay focus. Menulis esai dengan satu fokus cerita akan lebih mudah, dibandingkan harus memasukkan berbagai macam cerita ke dalamnya; terkadang malah ceritanya menjadi tidak saling berkaitan. 

Singkatnya, semua tergantung bagaimana kita membungkusnya (dalam artian positif) hingga menjadi sebuah cerita yang benar-benar bermakna. Menjadi impian dan harapan kita dalam membantu kemajuan Indonesia di masa depan.

2. Susun Esai Berdasarkan Urutan Seharusnya
Maksudnya begini, dalam menulis esai kita harus memastikan alirannya dimulai dari pendahuluan, isi, hingga penutup. Memang, esai ini hanya kumpulan paragraf yang saling berhubungan, tidak ada dituliskan "Pendahuluan", "Isi", dan "Penutup". Namun, dalam menuliskannya, alirannya harus jelas dan runut; tidak pindah kesana-kemari. 

Terdengar klise, tapi ini penting untuk diingatkan. 

Misalnya, kita memulai esai dengan paragraf tentang impian memajuan perikanan. Pada paragraf kedua, lanjutkan dengan bercerita tentang permasalahan-permasalah yang ditemukan. Dukung argumen-argumen kita dengan contoh konkret tentang usaha yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan; jangan pernah bercerita masalah tanpa solusi. Pada paragraf akhir, tuliskan kesimpulan dari tulisan tersebut serta harapan ke depannya.

3. Mulai dari Pendahuluan yang Meyakinkan, Akhiri dengan Ending yang Mengesankan
Pendahuluan merupakan bagian tersulit dalam menulis esai. Saya sarankan untuk menaruh perhatian lebih disini. Penduluan yang kuat menjadi awal untuk memastikan tulisan and stand out from the crowd (hal yang unik yang berbeda dari yang lain). Berikut contoh pendahuluan kedua esai saya:
ina_heru essay 1
ina_heru essay 1

Pada contoh pertama, saya memulai dengan realita Indonesia. Poin pentingnya ada pada kalimat terakhir, ini bagian penting bagi saya untuk bercerita mengenai bidang saya dan peranannya.

Pada contoh kedua, saya memulai dengan harapan saya yang kontras dengan kenyataan yang saya dapatkan. Cerita inilah yang kemudian saya kembangkan untuk mendefinisikan arti kesuksesan menurut saya.

Begitu juga dengan penutup. Berikut contoh penutup pada esai saya:

ina_heru essay 2
ina_heru essay 2
Saya menyimpulkan tulisan saya disini, dan menutupnya dengan kalimat yang memiliki keyakinan yang kuat.

Semua contoh tersebut tidaklah sempurna, tapi setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana menulis esai. 

4. Killer Tips
Tahukah anda, ketika draft-nya selesai, tulisan di blog ini tidak langsung saya publish? Draft saya simpan, lalu saya tutup dan melupakannya dalam waktu tertentu; biasanya sehari. Kemudian saya balik lagi, melakukan revisi dan penulisan ulang. Saya baru publish ketika saya rasa sudah layak. Begitu kira-kira proses kreatif saya dalam menulis, mungkin juga teman-teman lain yang hobby menulis. 

Dalam kasus esai ini, saya sangat sarankan jangan langsung submit setelah anda selesai menulisnya. Tinggalkan beberapa saat, sebaiknya beberapa hari. Lupakan. Pikirkan kegiatan anda yang lain. 

Kenapa? Pada saat pertama kita menulis, faktor emosional kita akan berusaha meyakinkan bahwa tulisan tersebut bagus. Merevisi langsung, hanya akan membuatnya semakin berantakan.

Dengan melupakannya, kita akan kembali melihat tulisan tersebut dengan pikiran yang lebih jernih. Sederhananya, kita akan bisa membacanya seolah-olah sebagai orang lain. Pada tahap inilah sebaiknya revisi dilakukan.  

Setelah beberapa hari, dan anda sudah benar-benar yakin esai-nya bagus, baru kemudian dikirim ke LPDP. Lengkapi berkas yang lain. Setelah itu tinggal berdo'a. Karena semua usaha sudah dilakukan.

Sedikit berbagi, saya mendapatkan beasiswa LPDP bukan pada lamaran pertama. Pada lamaran kesekian hingga kemudian dipanggil wawancara, esai adalah bagian yang saya perbaiki dalam aplikasi saya. Rejeki takkan lari kemana, asal kita terus berjuang. 

Terakhir, anda juga pastinya menyadari bahwa artikel ini ditulis manusia. Tidak absolut benar. Bisa dijadikan pedoman, tetapi yang lebih penting adalah menjadi diri sendiri dan menemukan pola anda.

* Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan sebelumnya pernah dimuat di blog pribadi Tikus.net.. Heru Handika adalah penerima beasiswa LPDP tahun 2014. Saat ini aktif sebagai mahasiswa Master of Science (Zoology) di University of Melbourne, Australia, juga aktif melakukan penelitian di Museum Victoria, Melbourne, Australia.
 
- See more at: http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-01-11/bagaimana-menulis-esai-untuk-mendapatkan-beasiswa-lpdp/1534430#sthash.jcP7zngl.dpuf

Bagaimana Menulis Esai Untuk Mendapatkan Beasiswa LPDP

Terbit 11 January 2016, 11:59 AEDT
Pemerintah Indonesia lewat program LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) memberian beasiswa setiap tahun kepada mahasiwa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Salah satu syarat dalam melamar adalah membuat esai. Heru Handika yang sekarang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Melbourne memberikan tips bagaimana menulis esai. 
LPDP baru saja mengumumkan jadwal seleksi beasiswa tahun 2016. Esai adalah salah satu syarat utama dalam aplikasi tersebut. Bagi kami awardee (penerima beasiswa LPDP) sudah menjadi hal biasa diserbu teman-teman yang akan melamar, salah satunya untuk meminta contoh esai.
Saya sendiri tidak mau menyerahkan contoh ini. Karena dikhawatirkan akan adanya copy-paste —LPDP sangat concerned dengan hal ini. Jika ketahuan, tidak hanya merugikan calon pelamar, tapi juga awardee yang bersangkutan.
Tulisan berikut ini tidak hanya bermanfaat bagi pelamar beasiswa LPDP. Tapi, mungkin juga membantu mereka yang ingin belajar menulis.

Ini yang perlu diperhatikan dalam menulis esai, dan beberapa tips berguna pada bagian akhir yang sangat penting sekali:

1. Stay Focus
Ada dua tema dalam esai LPDP: “Kontribusiku Bagi Indonesia: kontribusi yang telah, sedang dan akan saya lakukan untuk masyarakat/lembaga/instansi/profesi komunitas saya” dan "Sukses Terbesar dalam Hidupku”.
Tema pertama mengalami sedikit perubahan dari tema sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan tema sebelumnya, hanya lebih detil saja.

Pada judul pertama, banyak yang menulis esai dengan menjabarkan segala kontribusi yang telah dia lakukan. Namun, saya sendiri hanya fokus pada satu topik yang berkaitan dengan bidang saya. Karena bidang saya biologi, saya bercerita tentang kontribusi saya dalam mengkaji keanekaragaman hayati Indonesia.

Pada judul kedua, cerita "Sukses Terbesar dalam Hidupku" ini saya kaitkan dengan esai pertama. Walaupun, saya tidak mencantumkan hubungan dengan esai pertama secara jelas, tapi dari isi tulisannya kelihatan sangat berkaitan. 

Saya tidak bercerita banyak hal. Tidak menjabarkan semua kontribusi saya untuk Indonesia. Hanya satu saja. Tidak lebih. Kemudian saya kembangkan untuk menggambarkan cita-cita saya.
Heru Handika sedang melanjutkan pendidikan S2 di bidang zoology di Universitas Melbourne.
Heru Handika sedang melanjutkan pendidikan S2 di bidang zoology di Universitas Melbourne.

Inilah yang saya maksud dengan stay focus. Menulis esai dengan satu fokus cerita akan lebih mudah, dibandingkan harus memasukkan berbagai macam cerita ke dalamnya; terkadang malah ceritanya menjadi tidak saling berkaitan. 

Singkatnya, semua tergantung bagaimana kita membungkusnya (dalam artian positif) hingga menjadi sebuah cerita yang benar-benar bermakna. Menjadi impian dan harapan kita dalam membantu kemajuan Indonesia di masa depan.

2. Susun Esai Berdasarkan Urutan Seharusnya
Maksudnya begini, dalam menulis esai kita harus memastikan alirannya dimulai dari pendahuluan, isi, hingga penutup. Memang, esai ini hanya kumpulan paragraf yang saling berhubungan, tidak ada dituliskan "Pendahuluan", "Isi", dan "Penutup". Namun, dalam menuliskannya, alirannya harus jelas dan runut; tidak pindah kesana-kemari. 

Terdengar klise, tapi ini penting untuk diingatkan. 

Misalnya, kita memulai esai dengan paragraf tentang impian memajuan perikanan. Pada paragraf kedua, lanjutkan dengan bercerita tentang permasalahan-permasalah yang ditemukan. Dukung argumen-argumen kita dengan contoh konkret tentang usaha yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan; jangan pernah bercerita masalah tanpa solusi. Pada paragraf akhir, tuliskan kesimpulan dari tulisan tersebut serta harapan ke depannya.

3. Mulai dari Pendahuluan yang Meyakinkan, Akhiri dengan Ending yang Mengesankan
Pendahuluan merupakan bagian tersulit dalam menulis esai. Saya sarankan untuk menaruh perhatian lebih disini. Penduluan yang kuat menjadi awal untuk memastikan tulisan and stand out from the crowd (hal yang unik yang berbeda dari yang lain). Berikut contoh pendahuluan kedua esai saya:
ina_heru essay 1
ina_heru essay 1

Pada contoh pertama, saya memulai dengan realita Indonesia. Poin pentingnya ada pada kalimat terakhir, ini bagian penting bagi saya untuk bercerita mengenai bidang saya dan peranannya.

Pada contoh kedua, saya memulai dengan harapan saya yang kontras dengan kenyataan yang saya dapatkan. Cerita inilah yang kemudian saya kembangkan untuk mendefinisikan arti kesuksesan menurut saya.

Begitu juga dengan penutup. Berikut contoh penutup pada esai saya:

ina_heru essay 2
ina_heru essay 2
Saya menyimpulkan tulisan saya disini, dan menutupnya dengan kalimat yang memiliki keyakinan yang kuat.

Semua contoh tersebut tidaklah sempurna, tapi setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana menulis esai. 

4. Killer Tips
Tahukah anda, ketika draft-nya selesai, tulisan di blog ini tidak langsung saya publish? Draft saya simpan, lalu saya tutup dan melupakannya dalam waktu tertentu; biasanya sehari. Kemudian saya balik lagi, melakukan revisi dan penulisan ulang. Saya baru publish ketika saya rasa sudah layak. Begitu kira-kira proses kreatif saya dalam menulis, mungkin juga teman-teman lain yang hobby menulis. 

Dalam kasus esai ini, saya sangat sarankan jangan langsung submit setelah anda selesai menulisnya. Tinggalkan beberapa saat, sebaiknya beberapa hari. Lupakan. Pikirkan kegiatan anda yang lain. 

Kenapa? Pada saat pertama kita menulis, faktor emosional kita akan berusaha meyakinkan bahwa tulisan tersebut bagus. Merevisi langsung, hanya akan membuatnya semakin berantakan.

Dengan melupakannya, kita akan kembali melihat tulisan tersebut dengan pikiran yang lebih jernih. Sederhananya, kita akan bisa membacanya seolah-olah sebagai orang lain. Pada tahap inilah sebaiknya revisi dilakukan.  

Setelah beberapa hari, dan anda sudah benar-benar yakin esai-nya bagus, baru kemudian dikirim ke LPDP. Lengkapi berkas yang lain. Setelah itu tinggal berdo'a. Karena semua usaha sudah dilakukan.

Sedikit berbagi, saya mendapatkan beasiswa LPDP bukan pada lamaran pertama. Pada lamaran kesekian hingga kemudian dipanggil wawancara, esai adalah bagian yang saya perbaiki dalam aplikasi saya. Rejeki takkan lari kemana, asal kita terus berjuang. 

Terakhir, anda juga pastinya menyadari bahwa artikel ini ditulis manusia. Tidak absolut benar. Bisa dijadikan pedoman, tetapi yang lebih penting adalah menjadi diri sendiri dan menemukan pola anda.

* Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan sebelumnya pernah dimuat di blog pribadi Tikus.net.. Heru Handika adalah penerima beasiswa LPDP tahun 2014. Saat ini aktif sebagai mahasiswa Master of Science (Zoology) di University of Melbourne, Australia, juga aktif melakukan penelitian di Museum Victoria, Melbourne, Australia.
- See more at: http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-01-11/bagaimana-menulis-esai-untuk-mendapatkan-beasiswa-lpdp/1534430#sthash.QFcbCESl.dpuf